
Ilustrasi korupsi (Foto: Generated by AI)
Jakarta, Jurnas.com - Korupsi masih menjadi borok yang perlahan menggerogoti masa depan bangsa. Fenomena ini tak pelak memicu keheranan dan kebingungan, mengingat pejabat negara sudah menikmati gaji yang besar dan fasilitas yang lengkap.
Sayangnya, tak sedikit oknum pejabat yang tergoda mengambil jalan pintas untuk memperkaya diri dengan cara instan. Uang rakyat diembat, pendidikan jadi korban, dan pembangunan mangkrak.
Korupsi bukan cuma soal hukum. Ini soal mental. Soal cara pandang terhadap jabatan dan kekuasaan, dan niat awal ketika mendapatkan amanah.
Karena itu, penting bagi setiap pejabat negara untuk mengingat tujuh hal ini, agar tak tergoda mencicipi uang `haram` dari keringat rakyat:
1. Jabatan Itu Amanah, Bukan Warisan
Tak peduli hasil pemilu atau hasil lobi, jabatan tetaplah titipan, bukan warisan kakek moyang yang bisa dipakai sesuka hati. Di balik tanda tangan, ada nasib ratusan juta orang yang menunggu. Salah hitung, salah langkah, salah sikap yang jadi korban satu bangsa.
2. Hidup Mewah Tak Harus Lewat Uang Negara
Tidak ada yang salah dengan pejabat bergelimang harta. Tapi kalau semua itu berasal dari anggaran yang dipotek, siap-siap saja satu waktu disapa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Tak perlu memaksakan hidup di luar batas kemampuan hanya demi pencitraan. Lebih elegan jadi pejabat bersahaja yang ditiru, daripada mewah tapi penuh tipu.
3. Anak-Anak Kita Sedang Menonton
Anak pejabat bukan hanya menyaksikan hidup Anda di rumah, tapi juga di media. Mereka tahu dari mana asal harta, mereka membaca komentar netizen, mereka merekam semuanya.
Jangan biarkan anak Anda tumbuh besar dengan cerita, "Dulu, ayahku ditangkap karena korupsi."
4. Gaji Sudah Cukup, Layanan Sudah Lengkap
Indonesia termasuk negara dengan tunjangan pejabat yang relatif besar. Dari mobil dinas hingga honor perjalanan, semuanya disediakan. Kalau itu semua masih belum cukup, pertanyaannya bukan pada negara, melainkan diri Anda sendiri.
5. Satu Tanda Tangan Bisa Mengubah Nasib Banyak Orang
Terkadang korupsi tidak terjadi karena niat mencuri, tapi karena lalai. Karena menganggap tanda tangan sebagai hal yang sepele.
Padahal satu disposisi bisa membuka celah proyek fiktif, satu keputusan bisa mengalirkan dana ke rekening pribadi orang dekat. Maka berhati-hatilah!
6. Nama Baik Tak Bisa Dibeli Kembali
Begitu masuk daftar tahanan korupsi, tak ada konferensi pers atau klarifikasi media sosial yang bisa menghapus jejaknya. Reputasi itu bukan seperti akun media sosial yang bisa diganti nama, melainkan dibangun bertahun-tahun, dan hancur hanya dalam sekejap. Jangan gadaikan nama baik hanya demi lembaran rupiah.
7. Kematian Tak Bisa Dinegosiasikan
Satu saat, semua akan sampai pada garis akhir. Tak ada bendera jabatan, ajudan, atau honorarium yang ikut dikubur. Yang tersisa hanyalah nama baik dan warisan integritas. Maka sebelum itu tiba, pastikan Anda sudah menjalani amanah dengan jujur dan bersih.
Akhirnya, dalam setiap jabatan, ada dua jalan, yakni jalan pengabdian atau jalan kehancuran. Dan pilihan itu dimulai dari kesadaran sederhana, "Untuk siapa saya bekerja?"
KEYWORD :Korupsi Bidang Pendidikan Tips Saat Menjabat Pejabat Amanah