
CSR Manager United Tractors, Himawan Sutanto (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - United Tractors menunjukkan komitmennya dalam memajukan pendidikan vokasi di Indonesia dengan membina lebih dari 1.700 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh Indonesia sejak tahun 2007.
Lewat program intervensi kurikulum dan pelatihan yang menyasar siswa hingga guru dan kepala sekolah, United Tractors berupaya menjembatani kesenjangan antara pendidikan dan kebutuhan dunia industri.
Program pembinaan ini difokuskan pada jenjang pendidikan menengah, terutama SMP, SMA, dan SMK. Namun, UT juga aktif menyentuh jenjang pendidikan yang lebih rendah hingga PAUD dan SD, serta pendidikan tinggi vokasi dan universitas.
"Pembinaan itu harus sinergi antara dunia pendidikan, lalu juga pemerintah, dan juga dengan industri. Itu disebut link and match," ujar CSR Manager United Tractors, Himawan Sutanto saat ditemui dalam kegiatan `Malam Tasyakuran Hari Pendidikan Nasional 2025` di kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) pada Senin (26/5).
Menurut Himawan, banyak lulusan SMK yang belum memiliki gambaran nyata tentang dunia kerja. Meskipun dibekali keterampilan teknis (hard skill) di sekolah, para lulusan masih kurang dalam hal soft skill yang berkaitan dengan etos kerja dan budaya industri.
"Bagaimana budaya industri, bagaimana etos kerja di industri, mereka tidak punya bayangan. Sehingga masih muncul gap antara lulusan-lulusan sekolah dengan kebutuhan industri," kata Himawan.
United Tractors menyasar gap tersebut dengan membina sekolah-sekolah di berbagai daerah, termasuk wilayah 3T seperti Timika. "Yang kami ingin, merata, supaya menjembatani antara kebutuhan industri dengan lulusan-lulusan sekolah kita itu agar cepat terserap," dia menambahkan.
Lebih dari sekadar program CSR, langkah United Tractors ini merupakan upaya untuk memperkecil angka pengangguran dari lulusan SMA dan SMK yang selama ini mendominasi data pengangguran terbuka.
"Kalau itu tidak kita perbaiki, keberlanjutan usaha dan juga keberlanjutan pembangunan di Indonesia ini juga akan terganggu," ujar dia.
Diketahui, United Tractors menjalankan 14 program pembinaan yang mencakup peningkatan soft skill, hard skill, penguatan sarana-prasarana (hardware), pengembangan kurikulum (software), serta peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah (brainware).
"Tapi yang paling dasar sebenarnya bagaimana industri bisa mengintervensi kurikulum. Bagaimana kita bisa upgrade skill daripada tenaga pendidik, itu yang kunci," kata Himawan.
Baginya, penguatan sumber daya manusia di sekolah tidak bisa hanya terfokus pada siswa, melainkan guru dan kepala sekolah. Keduanya penting untuk mengubah pola pikir siswa sejak bangku sekolah.
"Kalau tidak pernah tahu industri, bagaimana guru-gurunya akan mengajar? Di kelas diajarkan satu tambah satu sama dengan dua, padahal di industri satu tambah satu bisa bermacam-macam," dia menambahkan.
Dampak dari pembinaan ini terasa langsung di dunia kerja. Waktu pelatihan bagi lulusan baru dapat dipangkas secara signifikan ketika mereka terjun ke dunia industri.
"Dulu bisa satu tahun, bisa hampir dua tahun. Kalau actual-nya sekarang bisa di bawah satu tahun. Ada yang enam bulan, tergantung job position-nya," kata dia.
Atas kontribusi tersebut, United Tractors mendapat penghargaan dari Kemdikdasmen dalam kategori Industri Pendukung Transformasi SMK Berkelanjutan. Bagi United Tractors, ini lebih dari sekadar penghargaan, melainkan bagian dari tanggung jawab jangka panjang untuk memastikan pendidikan yang relevan dan industri yang berkelanjutan.
KEYWORD :United Tractors Link and Match Industri Kemdikdasmen Himawan Sutanto