Rabu, 28/05/2025 03:42 WIB

Bukan Sekadar Tradisi, Inilah Alasan Sukoharjo Dijuluki Kota Jamu Indonesia

Pernahkah Anda mendengar julukan “Kota Jamu”? Julukan ini bukan tanpa alasan disematkan pada Kabupaten Sukoharjo yang berada di kawasan Soloraya, Jawa Tengah

Pasar Jamu Nguter Sukoharjo (Foto: sukoharjokab.go.id)

Jakarta, Jurnas.com - Pernahkah Anda mendengar julukan “Kota Jamu”? Julukan ini bukan tanpa alasan disematkan pada Kabupaten Sukoharjo yang berada di kawasan Soloraya, Jawa Tengah. Daerah ini bukan hanya dikenal sebagai penghasil jamu tradisional, tetapi juga menjadi pusat industri jamu terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, menurut portal resmi Kabupaten Sukoharjo.

Asal Usul Julukan “Kota Jamu

Julukan ini melekat erat pada Kecamatan Nguter, tempat di mana tradisi meracik jamu telah berlangsung secara turun-temurun. Sejak zaman dahulu, para wanita di Nguter terbiasa mengolah rempah-rempah dan dedaunan menjadi jamu seperti beras kencur, kunir asem, temulawak, hingga jamu pahitan. Jamu ini dijajakan dengan cara tradisional: dibawa berkeliling menggunakan bakul di punggung, yang kemudian dikenal dengan istilah jamu gendong.

Seiring waktu, metode pemasaran pun bertransformasi. Dari jamu gendong, kini para penjual memanfaatkan sepeda hingga motor. Jamu Nguter pun merambah pasar luar daerah hingga dijual dalam bentuk kemasan pabrikan.

Sukoharjo Dideklarasikan Sebagai Kabupaten Jamu

Mengutip berbagai sumber, pengakuan resmi datang pada 1 April 2015, ketika Menko PMK Puan Maharani mendeklarasikan Sukoharjo sebagai Kabupaten Jamu di Alun-alun Sukoharjo. Langkah ini diperkuat lagi dengan pencanangan Sukoharjo sebagai destinasi wisata jamu pada 18 Maret 2019.

Pasar Jamu Nguter dan Kampung Jamu

Sukoharjo memiliki satu-satunya pasar khusus jamu di Indonesia, yakni Pasar Jamu Nguter, yang juga dikenal sebagai pasar jamu terbesar di Asia Tenggara. Di pasar ini, tersedia berbagai empon-empon (bahan baku jamu) serta jamu dalam bentuk kemasan sachet yang lebih praktis dan kekinian.

Lebih dari sekadar pasar, Sukoharjo juga punya Kampung Jamu. Di sini, hampir seluruh warganya bekerja sebagai perajin jamu. Resep-resep tradisional dijaga dan diwariskan lintas generasi, menjadikan kampung ini sebagai destinasi wisata edukatif yang autentik dan bernilai tinggi.

Peringatan Hari Jamu Nasional dan Pengakuan UNESCO

Hari ini, tepatnya pada 27 Mei 2025 diperingati sebagai Hari Jamu Nasional yang ke-17 pasca ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 27 Mei 2008 di Istana Negara. Tanggal 27 Mei dipilih untuk memperingai pertemuan para penjual jamu gendong di Tawangmangu pada 1929 yang melahirkan Gabungan Jamu Indonesia (GJO). Hari Jamu Nasional juga ditetapkan sebagai bentuk pengakuan terhadap warisan budaya bangsa yang tak ternilai.

Tahun 2021, jamu mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Ini membuktikan bahwa jamu bukan hanya bagian dari sejarah lokal, tetapi juga kontribusi Indonesia untuk kesehatan alami dunia. (*)

KEYWORD :

Sukoharjo Kota Jamu Sejarah Jamu Pasar Jamu Nguter Hari Jamu Nasional




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :