
Wasit Feliz Zwayer yang memimpin pertandingan Inggris vs Belanda (Foto: The Guardian)
Jakarta, Jurnas.com - Sepak bola merupakan permainan dengan tensi tinggi, serta tak jarang dibumbui pro dan kontra. Karena itu, wasit diperkenalkan untuk membuat pertandingan berjalan netral ketika muncul perselisihan di lapangan. Namun, tahukah kamu bahwa dulu wasit pemimpin laga tak perlu netral-netral amat?
Di awal sejarah sepak bola, pengawasan pertandingan tidak dilakukan oleh satu pengadil utama di lapangan seperti sekarang, melainkan oleh dua penengah yang merupakan wakil dari masing-masing tim yang bertanding. Mereka disebut umpire.
Format seperti ini berlaku pada era awal setelah sepak bola dikodifikasi oleh The Football Association (FA) di Inggris pada 1863. Pertandingan berjalan dengan sistem kepercayaan antar kapten dan umpire.
Dan jika terjadi perselisihan, barulah persoalan tersebut dirujuk ke referee, figur ketiga yang tidak berada di lapangan, tapi menunggu di luar untuk memberikan keputusan akhir bila diperlukan.
Perubahan besar baru terjadi pada 1891. Kala itu, sepak bola semakin berkembang pesat dan intensitas pertandingan mulai meningkat. Dibutuhkan keputusan yang cepat dan tegas di lapangan. Maka untuk pertama kalinya, seorang referee ditempatkan di tengah lapangan sejak awal pertandingan.
Dua umpire kemudian beralih fungsi menjadi `linesman` atau asisten wasit, berdiri di garis samping untuk membantu pengawasan area permainan. Inilah titik balik lahirnya sistem tiga wasit seperti sekarang.
Langkah ini juga menjadi bentuk pengakuan bahwa netralitas harus ditegakkan dalam pengambilan keputusan pertandingan. Tidak bisa lagi klub saling membawa wasit pribadi ke dalam lapangan. Keputusan wasit tunggal dari pihak independen pun menjadi standar.
Pada masa berikutnya, reformasi peraturan terus berlanjut. Pada 1938, Stanley Rous, seorang tokoh penting yang kelak menjadi Presiden FIFA, menyederhanakan dan merapikan Laws of the Game agar bisa diterapkan secara konsisten di seluruh dunia. Standardisasi ini menjadi fondasi bagi perwasitan profesional seperti yang kita lihat hari ini di berbagai kompetisi internasional.
Namun, tantangan netralitas tetap ada. Keputusan wasit sering menjadi sumber kontroversi, hingga akhirnya teknologi mulai dilibatkan. Pada 2012, FIFA mengesahkan penggunaan Goal Line Technology (GLT), sistem sensor yang memastikan apakah bola telah melewati garis gawang.
Puncaknya terjadi pada 2018 ketika Video Assistant Referee (VAR) secara resmi digunakan di Piala Dunia. VAR memungkinkan review ulang untuk kejadian krusial seperti gol, penalti, dan kartu merah langsung.
Sayangnya, VAR pun tidak lepas dari pro dan kontra. Berbagai intervensi VAR dalam pertandingan kerap kali memicu protes dari tim yang dirugikan.
KEYWORD :Sejarah Wasit Fakta Unik Sepak Bola Umpire Pertandingan