Minggu, 25/05/2025 02:32 WIB

JK: Jangan Asal Ambil Keputusan, Pemimpin Harus Menginspirasi dan Mempersatukan

Ekonomi Indonesia pun turut terimbas. Pertumbuhan jadi melambat. Dari rencana 5,2% pertumbuhan ekonomi menjadi hanya 4,8%.

Meet The Leaders Universitas Paramadina Jakarta, Sabtu (24/5/2026). Foto: paramadina/jurnas

JAKARTA, Jurnas.com - Tugas Pemimpin adalah menginspirasi, mempersatukan, memberikan dorongan semangat, dan harus bertanggungjawab terhadap apa yang telah diputuskan. Pemimpin yang cepat mengambil keputusan adalah pemimpin yang baik. Selain itu keputusan pemimpin harus dipahami oleh bawahan. Tidak asal mengambil keputusan.

Demikian salah satu pokok pikiran tokoh nasional Jusuf Kalla (JK) yang disampaikan dalam Meet The Leaders “Leading Through The Storm: Resilient Leadership in Time of Crisis” yang digelar oleh Universitas Paramadina Jakarta, Sabtu (24/5/2025).

“Pemimpin juga merencanakan, menguji atau menegur, intinya itu. Kalau kerja bawahan itu bagus maka harus dihargai dan kalau salah ya harus ditegur,” kata Wakil Presiden RI era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo tersebut.

JK juga mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan oleh pemimpin pun harus punya dasar, dan yang jelas, keputusan itu harus bermanfaat.

Menurutnya, dunia kini sedang mengalami krisis dan kritis. Krisis, terjadinya perang Rusia vs Ukraina, India vs Pakistan, Israel vs Hamas. Begitu juga konflik internal di negara-negara Yaman, Sudan, Myanmar. Juga potensi konflik ada di China vs Taiwan, Korea Selatan vs Korea Utara.

Semua konflik itu, lanjut JK, mau tidak mau sangat berpengaruh terhadap kondisi dalam negeri Indonesia.

“Maka dari itu dibutuhkan seorang pemimpin yang mengetahui hal itu, dan menyelesaikan sesuai dengan kondisi tersebut,” ujarnya.

JK menilai, perang Rusia vs Ukraina mempengaruhi langsung perekonomian kedua negara. Ukraina kesulitan mengekspor gandumnya, sedangkan Rusia kesulitan mengirim gas ke Eropa sehingga negara Jerman, Perancis, Inggris kelangkaan gas.

Ekonomi internasional juga terpengaruh secara biaya karena USA dan Eropa terus mengeluarkan biaya untuk membantu Ukraina. Terjadi defisit di kedua wilayah itu. Begitu pula guncangan dunia akibat konflik Israel vs Hamas.

Muncul pula Trump vs Dunia dengan kebijakan Tariff Resiprokal bagi produk-produk internasional yang ingin masuk ke USA.

“Trump belum paham, justru kebijakan tarif tinggi itu akan membebani sendiri rakyat USA dalam mengonsumsi produk-produk China dan negara lain yang selama ini membanjiri USA dengan harga terjangkau. Sebuah kebijakah bunuh diri,” tuturnya.

Kebijakan Trump itu akhirnya memperparah Trade War yang membikin susah semua negara di dunia.

Menurut JK, Indonesia sendiri sebetulnya tidak dirugikan dengan kebijakan Trump tersebut. Justru USA sendiri yang merugi. “Efeknya memang ada, tapi kecil, karena ekspor kita ke USA tidak besar. Hanya 10% dari total ekspor dunia Indonesia ke USA,” kata Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) tersebut.

JK menilai, bahayanya pemimpin seperti Trump yang tidak mengerti apa yang dia lakukan, amat berbahaya bagi kestabilan dunia. Akibat kekacauan politik dan ekonomi dunia, maka pertumbuhan ekonomi dunia turun dari semula 3,7% menjadi hanya 2,8%. Padahal kebijakan tarif Trump tersebut baru berjalan dua bulan.

Ekonomi Indonesia Melambat

Ekonomi Indonesia pun turut terimbas. Pertumbuhan jadi melambat. Dari rencana 5,2% pertumbuhan ekonomi menjadi hanya 4,8%.

“Ditambah adanya utang menumpuk dan defisit tinggi akibat periode pemerintahan sebelumnya, akhirnya jalan efisiensi diambil oleh pemerintah Prabowo saat ini. Kas negara pun tidak ada,” tegas JK.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Wakaf Paramadina ini memang tidak menyalahkan Prabowo, sebab itu akibat ekonomi dunia dan juga kebijakan pemerintahan masa lalu yang berakibat terjadi efisiensi di mana-mana. Sehingga akibat efisiensi itu banyak program-program pemerintahan tidak berjalan baik.

Dampak lanjutannya, penurunan daya beli menjadi semakin parah. Konsumsi semakin melambat. PHK terjadi di mana-mana. Padahal perekonomian itu tumbuh dari konsumsi di Indonesia. Sementara konsumsi bisa tumbuh baik dari adanya produktivitas ekonomi.

“Akibatnya terjadi yang disebut negative cycle’s,” tuturnya.

JK juga melihat premanisme tumbuh subur sebagai dampak tidak langsung oleh sebab kemunduran ekonomi yang berperanguh pada ekonomi rakyat banyak.

“Preman memang perlu diatasi, tapi penyebab utamanya harus diselesaikan, yaitu Pengangguran massal,” pungkasnya.

KEYWORD :

Meet The Leaders Paramadina Jusuf Kalla




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :