Jum'at, 23/05/2025 21:15 WIB

Ibas: Jangan Jadikan Pesaing, Wujudkan Trinitas Strategis untuk Dunia yang Berkelanjutan

Ibas: Jangan Jadikan Pesaing, Wujudkan Trinitas Strategis untuk Dunia yang Berkelanjutan

Wakil Ketua MPR, Edhie Baskoro Yudhoyono. (Foto: Humas MPR)

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua MPR, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) menyampaikan pandangannya bahwa Indonesia siap mengambil peran aktif sebagai mitra utama dalam mewujudkan tatanan dunia baru. Indonesia bertransformasi dari ketergantungan menuju martabat. Bukan hanya sebagai mitra dagang, tapi sebagai kekuatan setara yang siap membangun masa depan global adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Hal tersebut disampaikan Edhie Baskoro Yudhoyono dalam acara “US-Indonesia Economic Security Roundtable (Global Policy and Strategy Initiative)” di Annenberg Conference Room, Stanford University, Palo Alto, Amerika Serikat (20/5/25).

Di awal pemaparannya, Ibas menyoroti pentingnya menyambut kebangkitan China secara positif, sebagai peluang untuk memperkuat perdamaian dan menciptakan kemakmuran bersama.

“Kita tahu bahwa Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kemitraan strategis dalam hampir semua bidang. Dan saat ini, Indonesia sedang mencari keseimbangan kekuatan.”

“Kebangkitan China akan membawa perdamaian, solusi, dan kemakmuran, seperti yang telah dilakukan Amerika Serikat bersama kami (Indonesia),” lanjutnya.

Edhie Baskoro Yudhoyono memaparkan bagaimana hubungan baik Indonesia-Amerika selama ini dalam berbagai mitra strategis.

“Dari Jakarta ke Washington, dari sawah Jawa Tengah hingga pusat data di Silicon Valley. Kita terikat tidak hanya perdagangan, kemitraan strategis, dan hubungan antar masyarakat, tetapi juga oleh rasa saling percaya,” ungkapnya.

Ibas menyampaikan gagasannya bahwa keamanan ekonomi bukan lagi soal angka, tapi narasi. Indonesia bertransformasi dari ketergantungan menuju martabat.

“Keamanan ekonomi sekarang bukan lagi hanya soal angka, tetapi tentang narasi. Ini adalah kisah tentang negara-negara yang memilih kerja sama daripada konfrontasi. Ini adalah perjalanan dari ketergantungan menuju martabat.”

Edhie Baskoro Yudhoyono menyoroti fragmentasi kebijakan global saat ini.

“Dan hari ini, kebijakan global sedang terfragmentasi. Seperti yang kita semua tahu, aturan sering kali dibuat oleh segelintir pihak, untuk keuntungan segelintir pihak,” ujarnya.

“Di wilayah Global South, saya tahu Dr. Condoleezza Rice kurang menyukai istilah ‘Global South’ termasuk Asia Tenggara, tidak hanya harus menjadi bagian dari percakapan, tapi juga turut membentuknya,” jelasnya lebih jauh.

Edhie Baskoro menggarisbawahi bagaimana geoekonomi kini telah menjadi wajah baru geopolitik. “Teknologi dijadikan senjata. Rantai pasok dipolitisasi, dan transisi energi berlangsung secara tidak merata. Yang kami inginkan adalah kesempatan untuk membangun keseimbangan baru.”

Oleh karena itu, pada kesempatan ini Ibas mengusulkan Trinitas Strategis untuk kemanan, keberlanjutan, serta kemakmuran yang inklusif berkelanjutan. “Kami memiliki Rantai pasok yang tangguh; tata kelola digital yang berdaulat; diplomasi industri hijau.”

Pada diskusi ini, Ibas juga mengajukan beberapa pertanyaan yang dapat menjadi topik pembahasan bersama. Di antaranya “Bisakah kita merintis dan menjalankan Dana Ketahanan Bersama untuk mengatasi gunjangan ekonomi, perdagangan, dan juga keberlanjutan lingkungan?”

“Dan apa peran dunia akademis, seperti Stanford, dalam melembagakan Policy Sandboxes, yakni wadah uji coba model tata kelola ekonomi baru sebelum diterapkan secara luas?”

Di akhir pemaparannya Ibas mengajak seluruh pihak untuk tidak terfokuskan hanya pada persaingan tapi perancang bersama tatanan dunia baru. Ia menegaskan kesiapan Indonesia mengambil peran aktif menjadi arsitek tatanan baru dunia.

"Mari kita tidak berbicara sebagai pesaing. Kami membutuhkan lebbih banyak investor datang ke Indonesia untuk bekerja sama dan berkolaborasi. Tetapi sebagai perancang bersama tatanan dunia yang baru. Mari kita tidak sekadar bereaksi terhadap disrupsi, tetapi merancang sistem yang adil, berkelanjutan, dan berdaulat."

“Indonesia siap, bukan sebagai pengamat pasif, tetapi sebagai mitra yang berprinsip dalam perdamaian, kemakmuran, dan kebijakan,” pungkasnya.

KEYWORD :

Kinerja MPR Edhie Baskoro Yudhoyono China Ekonomi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :