
Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI), Adriana Ginanjar (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Peluang kerja bagi penyandang autisme di Indonesia masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya orang tua mengalami kebingungan ketika anak penyandang autisme menyelesaikan jenjang pendidikan formal pada usia remaja.
Demikian disampaikan oleh Ketua Yayasan Autisma Indonesia (YAI), Adriana Ginanjar, dalam kegiatan media talkshow `Autisme Bukan Hambatan` di kantor Asean Secretary, Jakarta, pada Kamis (22/5).
"Ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, di antaranya, stigma bahwa penyandang autisme tidak mampu bekerja dan berkarya. Padahal banyak di antara mereka yang sudah menunjukkan karya-karyanya dan bisa bekerja bila mendapat pendampingan yang tepat," kata Adriana.
Selain itu, pemberi kerja umumnya masih belum mendapatkan pengetahuan yang cukup terkait spektrum autisme. Walhasil, semua penyandang autisme dianggap memiliki hambatan besar dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan bekerja. Padahal, kenyataannya tidak demikian.
"Juga, implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas masih belum terealisasikan secara baik dan merata, khususnya dalam hal peluang kerja," ujar Adriana.
Situasi ini, lanjut Adriana, dapat diatasi melalui upaya jangka panjang, serta kerja sama dan komitman yang kuat antara pemerintah, pemberi kerja, orang tua penyandang autisme, dan pihak terkait lainnya.
"Saya berharap acara hari ini adalah another important stepping stone, untuk mendukung penyandang autisme meraih masa depan lebih indah. Saya percaya keberagaman bukan penghalang tapi kekuatan," Adriana menambahkan.
Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, dalam kesempatan yang sama menekankan pentingnya pelatihan untuk para difabel dan autisme, yang sesuai dengan lapangan kerja yang tersedia.
Pihaknya mencontohkan praktik baik dari sejumlah perbankan nasional dengan merekrut para pekerja dari kalangan difabel, yang sebelumnya telah mendapat pelatihan.
"Bank BCA mereka menerima pekerja-pekerja difabel tapi sudah dilatih. Bank Mandiri juga," katanya.
Wamen Veronica sekaligus mendorong sinergi lintas sektor, termasuk dengan swasta sebagai penyedia lapangan kerja, melalui rencana pelatihan perempuan dan anak penyandang disabilitas.
"Dengan adanya forum ini dan roadmap lima tahun ke depan untuk pelatihan, negara hadir. Kita punya sentra untuk menerima para difabel yang bisa dilatih untuk kemudian dipekerjakan," kata Veronica Tan.
KEYWORD :Penyandang Autisme Peluang Kerja Difabel Yayasan Autisma Indonesia