Kamis, 22/05/2025 23:15 WIB

Asal Usul Kata Ojek, dari Barang Dagangan hingga Motor Mengangkang

Kata “ojek” memiliki lebih dari satu versi asal-usul, masing-masing mencerminkan konteks sejarah dan budaya yang berbeda.

Pengemudi Ojek Online (Foto istimewa)

Jakarta, Jurnas.com - Kata “ojek” sudah melekat erat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Kata tersebut mungkin terdengar sederhana. Tapi siapa sangka, istilah yang kini lekat dengan layanan transportasi roda dua ini memiliki akar sejarah dan linguistik yang jauh lebih kaya. Dari bahasa Belanda hingga istilah dalam bahasa Sunda, kata “ojek” menyimpan beragam versi asal-usul yang mencerminkan perjalanan sosial dan budaya masyarakat Indonesia.

Beberapa Versi Asal-Usul Kata “Ojek”

Kata “ojek” memiliki lebih dari satu versi asal-usul, masing-masing mencerminkan konteks sejarah dan budaya yang berbeda.

Pertama, ada dugaan bahwa kata “ojek” berasal dari bahasa Belanda, yakni object yang berarti barang dagangan. Pada masa kolonial, istilah ini mengacu pada aktivitas pengangkutan barang, dan lama-kelamaan digunakan untuk menyebut jasa pengangkutan orang.

Kedua, versi lokal berasal dari bahasa Sunda. Dalam masyarakat Sunda, dikenal istilah odjeg atau “oto jegang”—menggambarkan sepeda motor yang dikendarai dengan posisi kaki mengangkang. Sebutan ini kemudian dipelesetkan secara fonetik menjadi “ojek” dan meluas penggunaannya di berbagai daerah.  

Versi Sunda lainnya, ada juga yang menyebut bahwa kata ojek atau ojeg berasal dari istilah Sunda ongkos ngajégang, yaitu dari Kata ongkos (ongkos) dan ngajégang (mengangkang). Selain itu, ada juga yang menyebut ojek berasal dari istilah "ngobjek" asal katanya dari “ngobyek”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mengobjek berarti mengerjakan usaha sambilan secara tidak tetap untuk menambah penghasilan.

Ketiga, istilah “ojek” diyakini berasal dari kata “ojek-ojekan”, istilah tidak resmi yang digunakan sejak era 1960-an hingga 1970-an di Jakarta. Pada masa itu, banyak warga yang tinggal di kawasan pinggiran kota namun bekerja di pusat kota. Transportasi umum terbatas, dan muncul inisiatif informal: tukang sepeda yang menawarkan jasa antar-jemput secara pribadi. Mereka dikenal sebagai tukang ojek, berasal dari kegiatan “ngojek” atau “ojekan” yang berarti “mengangkut seseorang dengan kendaraan kecil untuk bayaran.”

Keempat, versi yang tercatat secara resmi muncul dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1979) karya W.J.S. Poerwadarminta. Dalam kamus tersebut, “ojek” diartikan sebagai “sepeda yang ditaksikan”—mengacu pada jasa angkut bersepeda yang muncul di Jawa Tengah sekitar tahun 1969, sebelum sepeda motor mulai menggantikan peran sepeda kayuh.

Dari Sepeda Kayuh ke Transportasi Digital

Pada awalnya, ojek hanya ditemukan di pinggir jalan atau pangkalan di dekat perumahan dan pasar. Mereka menjadi solusi praktis di tengah keterbatasan transportasi umum. Dengan tarif yang bisa dinegosiasikan dan mobilitas tinggi, ojek menjadi andalan masyarakat urban.

Seiring berkembangnya teknologi, istilah “ojek” kembali mengalami transformasi. Lahirnya layanan ojek online seperti Gojek dan Grab pada pertengahan 2010-an, memperluas makna ojek bukan hanya sebagai moda transportasi, tetapi juga sebagai bagian dari ekonomi digital.

Kini, ojek online mencakup lebih dari sekadar mengangkut penumpang. Mereka juga mengantar makanan, belanjaan, dokumen, bahkan layanan pembayaran. Di kota besar seperti Jakarta, keberadaan ojek menjadi salah satu kunci mobilitas harian.

Simbol Adaptasi Sosial dan Inovasi

Dalam perjalanan sejarahnya, kata “ojek” mencerminkan daya adaptasi masyarakat terhadap perubahan zaman. Dari istilah barang dagangan, sepeda taksi, hingga teknologi aplikasi, evolusi kata ini menunjukkan betapa eratnya kaitan bahasa dengan dinamika ekonomi dan budaya masyarakat.

Tak berlebihan jika menyebut ojek sebagai salah satu simbol keberhasilan transportasi rakyat yang mampu bertahan, bertransformasi, dan tetap relevan dari zaman sepeda hingga era ponsel pintar. (*)

KEYWORD :

Asal Usul Ojek Arti Kata Ojek Motor Mengangkang Ojek Online




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :