
Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-117 (Foto: Ikatan Dokter Indonesia)
Jakarta, Jurnas.com - Tanggal 20 Mei 2025 diperingati sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) ke-117. Peringatan ini ditetapkan oleh Fachmi Idris sejak 2008. Tujuannya adalah untuk menghargai jasa-jasa dokter yang menggerakkan kebangkitan nasional. Bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional, HBDI menjadi refleksi sejarah panjang peran dokter sebagai motor perubahan sosial dan kesehatan publik di Indonesia.
Mengutip laman Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-117 mengusung tema "Dokter Berbakti untuk Negeri". Tema ini merefleksikan dedikasi dokter yang tidak hanya bekerja di ruang praktik atau rumah sakit, tetapi juga berperan aktif di tengah masyarakat, bahkan hingga ke pelosok negeri.
Dalam konteks ini, HBDI menjadi ajang menegaskan komitmen IDI dalam mewujudkan dokter yang profesional, adaptif, berintegritas, serta relevan dengan kebutuhan zaman.
Sejarah Hari Bakti Dokter Indonesia
Mengutip laman RS AR Bunda Lubuklinggau, Hari Bakti Dokter Indonesia pertama kali ditetapkan pada 28 Mei 2008 oleh DR. Dr. Fachmi Idris, M.Kes, dalam peringatan Seabad Kebangkitan Nasional di Istana Negara. Tanggal 20 Mei dipilih karena erat kaitannya dengan kelahiran Budi Utomo pada tahun 1908—organisasi modern pertama di Indonesia yang digagas oleh para dokter dan mahasiswa STOVIA, seperti Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Dr. Soetomo.
Melalui Budi Utomo, dokter tidak hanya berjuang di bidang kesehatan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang memicu semangat nasionalisme. Sejak saat itu, profesi kedokteran di Indonesia tak pernah lepas dari kontribusi terhadap perjuangan kemerdekaan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
Makna Hari Bakti Dokter Indonesia
HBDI bukan sekadar seremoni, melainkan penghormatan terhadap pengabdian dokter Indonesia yang telah melintasi zaman. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)—organisasi profesi dokter yang telah berdiri sejak 24 Oktober 1950—menjadi motor penggerak dalam menyuarakan makna HBDI sebagai refleksi historis sekaligus dorongan untuk peran masa depan.
Di tengah tantangan era disrupsi dan pasca-pandemi, HBDI juga menjadi ajakan kepada masyarakat untuk bersama-sama membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan sebagai fondasi kemajuan bangsa.
Hari Bakti Dokter Indonesia memiliki makna strategis dalam konteks saat ini. Dalam dinamika sistem kesehatan global yang terus berkembang, dokter Indonesia menghadapi berbagai tantangan baru seperti perubahan regulasi, peningkatan kasus penyakit tidak menular, ketimpangan akses layanan kesehatan, serta kebutuhan akan transformasi digital di bidang medis.
Oleh karena itu, peringatan HBDI 2025 menjadi waktu yang tepat untuk menegaskan kembali pentingnya membangun profesi dokter yang adaptif, profesional, dan berintegritas tinggi. IDI menegaskan bahwa dokter masa kini harus siap menjadi pelopor inovasi, pemimpin transformasi, dan agen kolaborasi demi terwujudnya kesehatan nasional yang paripurna.
Rangkaian Kegiatan HBDI 2025
Mengutip laman IDI, puncak peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia ke-117 akan digelar pada Minggu, 29 Juni 2025 di kawasan ikonik Jakarta seperti Bundaran HI, Gelora Bung Karno, dan Monas. Acara ini akan melibatkan ribuan dokter dan masyarakat dalam berbagai kegiatan interaktif dan edukatif.
Rangkaian kegiatan HBDI telah dimulai sejak 18 Mei dan akan berlangsung hingga 18 Juli 2025 di seluruh wilayah Indonesia, melibatkan cabang, perhimpunan, dan keseminatan IDI. Kegiatan yang dilaksanakan mencakup podcast publik, bakti sosial, donor darah, kampanye kesehatan, hingga pengobatan gratis di daerah-daerah terpencil.
Semua kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk mendekatkan dokter dengan masyarakat, tetapi juga untuk menyampaikan pesan bahwa pelayanan kesehatan adalah hak semua warga negara, tanpa terkecuali.
Membangun Masa Depan Profesi Kedokteran
IDI memandang HBDI sebagai bagian dari strategi jangka panjang dalam membangun ekosistem profesi dokter yang unggul dan tangguh. Beberapa fokus utama dalam pengembangan ke depan antara lain peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan sertifikasi berkelanjutan, pemanfaatan teknologi digital dalam pelayanan kesehatan, serta penguatan peran dokter dalam advokasi kebijakan publik.
Selain itu, IDI juga mendorong pengembangan riset kedokteran, peningkatan edukasi masyarakat melalui media digital, dan memperluas program kesehatan promotif dan preventif. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci penting agar transformasi ini dapat berjalan secara inklusif dan berkelanjutan.
Sebagai catatan, Hari Bakti Dokter Indonesia berbeda dengan Hari Dokter Nasional yang jatuh setiap 24 Oktober—tanggal berdirinya Ikatan Dokter Indonesia. HBDI memiliki kekhasan tersendiri karena berakar pada sejarah perjuangan bangsa dan semangat kebangkitan nasional yang dilahirkan dari rahim profesi kedokteran itu sendiri.
Perbedaan ini justru memperkaya cara bangsa kita menghormati profesi dokter—sebagai tenaga medis, sebagai pendidik, dan sebagai pilar kebangsaan. (*)
KEYWORD :
Hari Bakti Dokter Indonesia 20 Mei HBDI 2025 Harkitnas