
Legenda AC Milan, Andrea Pirlo (Foto: The Telegraph)
Jakarta, Jurnas.com - Sederhana dan berkelas. Dua kata ini cukup untuk mewakili kehadiran Andrea Pirlo selama menghiasi sepak bola dunia sejak medio 1995 hingga menjelang akhir 2017 silam. Gayanya memang kalem, namun tendangan dan umpannya mematikan.
Gaya itu juga tampak ketika Pirlo mengumumkan pensiun pada 6 November 2017. Sunyi. Status sebagai legenda dan pemain kelas kakap tak membuat momen perpisahannya dibingkai acara megah maupun air mata dramatis depan kamera, melainkan hanya sebiji unggahan di media sosial.
"Bukan hanya petualanganku di New York yang berakhir, tetapi juga perjalanan saya sebagai seorang pesepak bola profesional. Terima kasih kepada semua tim dan fans yang membuat karier saya luar biasa," tulis Pirlo saat berkostum New York City kala itu.
Pirlo bukan sekadar legenda. Dia adalah pengecualian dari maraknya kisah heroik pesepak bola berhasil bangkit dari keterbatasan dan kemiskinan. Tajir melintir dari lahir, demikian istilah yang layak dia sandang.
Lahir di Brescia, Italia, pada 19 Mei 1979, Pirlo tumbuh di tengah kemewahan. Ayahnya, Luigi Pirlo, merupakan pendiri dan pemilik perusahaan baja besar, Elg Steel. Kekayaan keluarga itu seharusnya cukup memberi Pirlo hidup nyaman tanpa harus menyentuh bola sekalipun.
Kenyataan berbicara sebaliknya. Pirlo kecil justru memilih jalan yang penuh tantangan. Dia jatuh cinta pada sepak bola sejak kecil, meski punya segalanya untuk memilih jalur hidup yang lebih aman.
Bahkan, dalam autobiografi berjudul "I Think Therefore I Play", Pirlo menulis bahwa dia bisa saja menghabiskan hari-harinya bermain PlayStation sambil menunggu warisan.
Pirlo remaja mulai mencuri perhatian dunia sejak usianya 15 tahun ketika debut di Serie A bersama Brescia. Dari sana, langkahnya semakin mantap. Dia sempat pindah ke Inter Milan, kemudian bersinar di AC Milan, dan mengukuhkan statusnya sebagai maestro lini tengah dunia bersama Juventus.
Sepanjang kariernya, Pirlo dikenal bukan karena fisik atau kecepatan, tetapi karena visi, presisi, dan kecerdasannya di lapangan. Kualitas teknisnya langka dan hampir tidak tertandingi.
Pirlo punya akurasi umpan panjang dan tendangan bebas yang nyaris seperti sihir. Bahkan, sejumlah media internasional pernah menyebut bahwa hanya sedikit pemain dalam sejarah yang bisa menandingi kemampuan mengeksekusi bola mati seperti dirinya. Tendangan bebasnya tak melulu keras, tapi punya sentuhan yang tenang, mengandalkan efek dan penempatan.
Pirlo juga ahli dalam mengontrol tempo permainan. Di tengah tekanan lawan, pemain berambut gondrong ini bisa memutar badan, mengangkat kepala, dan mengirim umpan akurat sejauh 40 meter tanpa terlihat terburu-buru. Kemampuannya seperti ini membuat komentator sering menyebutnya sebagai `pemain catur di lapangan bola`.
Di saat pemain lain sibuk berlari dan berbenturan, Pirlo mampu mendikte arah permainan tanpa banyak bergerak. Dia hanya cukup berdiri di tempat yang tepat dan mengatur ritme permainan seperti dirigen handal yang sedang mengendalikan orkestra.
Meski datang dari keluarga kaya, Pirlo tidak pernah menunjukkan arogansi di lapangan. Dia justru dikenal tenang, elegan, dan minim kontroversi. Bahkan saat pensiun, Pirlo tidak buru-buru terjun ke dunia bisnis keluarga, melainkan tetap berada di dunia sepak bola sebagai pelatih dan komentator.
Selain perusahaan baja, keluarga Pirlo juga memiliki kebun anggur bernama Pratum Coller, yang memproduksi ribuan botol anggur per tahun. Pirlo pun ikut dalam pengelolaan kebun anggur ini, tetapi tetap menjadikan sepak bola sebagai prioritas utama dalam hidupnya.
KEYWORD :Andrea Pirlo Pemain Tajir Melintir Fakta Unik Sepak Bola