Senin, 19/05/2025 20:49 WIB

95 Persen Pemain Lokal, Begini Kisah Ajax Tiga Kali Rajai Eropa

Ajax pernah menggemparkan jagat sepak bola dengan skuat didominasi pemain lokal dengan tiga kali memenangkan trofi Eropa pada 1970-1973 silam.

Skuat Ajax di final European Cup 1971 (Foto: Marca)

Jakarta, Jurnas.com - Penggunaan pemain asing dalam klub sepak bola merupakan hal yang lazim guna mendongkrak prestasi tim dalam kompetisi. Namun, Ajax Amsterdam pernah melakukan hal sebaliknya ketika tiga kali merajai Eropa pada periode 1970-173 silam.

Filosofi yang diusung Ajax kala itu dikenal sebagai Total Football. Gagasan ini dirintis oleh pelatih Rinus Michels, lalu disempurnakan oleh Stefan Kovács.

Prinsipnya sederhana tapi revolusioner, semua pemain bisa bertukar posisi kapan saja, sepanjang mereka memiliki pemahaman taktik dan keterampilan dasar yang solid. Hasilnya, Ajax menjadi tim paling cair dan tak terduga di Eropa.

Salah satu ikon dari era ini tentu Johan Cruyff, si maestro dari Amsterdam yang mengendalikan tempo permainan dengan visi luar biasa. Dia bukan hanya menjadi mesin gol, namun juga pengatur alur dan pemimpin lapangan.

Cruyff tak pernah bermain sendiri. Dia dikelilingi oleh para talenta lokal seperti Ruud Krol, Barry Hulshoff, Sjaak Swart, dan Johan Neeskens, yang semuanya merupakan jebolan akademi Belanda.

Sepanjang perjalanan Ajax tiga musim berturut-turut memenangkan European Cup pada musim 1970/1971, 1971/1972, dan 1972/1973, skuat raksasa Belanda didominasi oleh pemain lokal.

Kala itu, hanya ada dua pemain asing yang memperkuat Ajax yakni Horst Blankenburg asal Jerman dan bek Serbia Velibor Vasovic. Pasca Vasovic hengkang pada 1971, gelandang asal Austria, Heinz Schilcher, bergabung.

Tahun 1971 menjadi awal dari supremasi Ajax saat mengalahkan Panathinaikos di Wembley. Setahun kemudian, tim Amsterdam mempermalukan Inter Milan, sekaligus memperlihatkan kontras antara cairnya Total Football dengan Catenaccio khas Italia yang terkesan kaku.

Puncaknya, pada 1973, Ajax mengalahkan Juventus untuk menutup `triple crown` tiga tahun, tiga gelar, tiga puncak prestasi.

Beberapa tahun kemudian, keberhasilan Ajax menjadi contoh bagi klub-klub lain dalam membangun skuat dari bawah, mempercayai akademi sendiri, dan menanam filosofi bermain sejak usia dini.

Banyak yang menyebut Ajax sebagai blueprint akademi populer masa kini seperti La Masia milik Barcelona atau Clairefontaine milik Prancis. Bahkan hingga hari ini, Ajax masih dikenal sebagai gudang talenta muda Eropa.

Kini, lebih dari 50 tahun berlalu, cerita itu tetap bergema. Bagi banyak pecinta sepak bola, terutama yang lelah dengan industrialisasi olahraga, kisah Ajax adalah pengingat bahwa kejayaan sejati tidak melalui proses yang instan.

KEYWORD :

Ajax Amsterdam Fakta Unik Sepak Bola Strategi Total Football




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :