
Ilustrasi orangutan (Foto: Pexels/Florian Kriechbaumer)
Jakarta, Jurnas.com - Bahasa sering dianggap sebagai ciri kecerdasan manusia, sistem kompleks yang memungkinkan kita berbagi pikiran, mengekspresikan emosi, dan menyampaikan pesan yang rumit.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan meyakini bahwa rekursi – kemampuan untuk menyusun frasa dalam frasa – merupakan karakteristik yang menentukan bahasa manusia. Namun, penelitian baru menantang pandangan ini, yang menunjukkan bahwa orangutan liar juga menggunakan komunikasi rekursif.
Penemuan ini memberikan gambaran sekilas tentang asal usul evolusi bahasa manusia, yang kemungkinan berasal dari jutaan tahun yang lalu. Dengan mempelajari orangutan Sumatera, para peneliti telah menemukan bukti pola vokal terstruktur yang sebelumnya dianggap hanya dimiliki oleh manusia.
Terobosan ini tidak hanya membentuk kembali pemahaman kita tentang komunikasi primata tetapi juga memberikan wawasan penting tentang bagaimana struktur bahasa yang kompleks mungkin telah berkembang.
Akar Bahasa Manusia
Bahasa berkembang pesat karena pengulangan. Bayangkan rangkaian kejadian seperti ini: "Ini adalah rumah yang dibangun Jack, yang melindungi kucing, yang mengejar tikus, yang mencuri keju."
Mengenal Jenis-jenis Orang Utan dari Indonesia
Setiap segmen dibangun di atas segmen sebelumnya, menumpuk frasa untuk membentuk struktur berlapis dan terhubung. Pola ini disebut rekursi.
Pola ini menumpuk frasa seperti boneka bersarang Rusia. Setiap lapisan terhubung ke lapisan berikutnya, menciptakan pesan yang kompleks namun mudah dipahami. Manusia menggunakannya sepanjang waktu, menyematkan klausa dalam kalimat untuk menyampaikan pemikiran yang kaya dan terperinci.
Orangutan Juga Menggunakan Rekursi
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa hanya manusia yang dapat menggunakan komunikasi berlapis seperti itu. Namun, para peneliti dari Universitas Warwick telah mengungkap penemuan yang mengejutkan. Ternyata, orangutan Sumatera menggunakan pola yang sama.
“Saat menganalisis data vokal panggilan alarm dari orangutan Sumatera betina , kami menemukan bahwa struktur ritmis suara yang dibuat orangutan tertanam sendiri di tiga level – rekursi tingkat ketiga yang mengesankan,” kata Dr. Chiara De Gregorio, yang memimpin penelitian tersebut.
Dengan kata lain, orangutan tidak hanya mengeluarkan suara. Mereka menyusun suara vokal, menciptakan lapisan yang mencerminkan struktur bahasa manusia.
Pola Bahasa dalam Panggilan Orangutan
Panggilan orangutan tidak mengikuti irama tunggal dan sederhana. Sebaliknya, mereka membangun tiga lapisan yang berbeda
Pertama, mereka merangkai bunyi-bunyi kecil, membentuk rangkaian pendek. Selanjutnya, mereka menggabungkan rangkaian ini menjadi bagian yang lebih panjang dan lebih kompleks. Terakhir, mereka menyusun bagian-bagian tersebut menjadi rangkaian ritmis yang panjang.
Setiap tingkatan bertumpuk di dalam tingkatan berikutnya, membentuk struktur berlapis. Dan itu tidak acak. Iramanya berubah berdasarkan jenis ancaman yang dihadapi orangutan.
Orangutan Menggunakan Ritme sebagai Alat
Bayangkan seekor harimau mengintai di dekatnya. Panggilan orangutan semakin cepat, mendesak, dan terus-menerus. Sekarang, bayangkan ancaman yang tidak terlalu langsung – sepotong kain dengan bintik-bintik terang. Panggilan itu melambat, menjadi tidak teratur, hampir ragu-ragu.
Kemampuan beradaptasi ini bukan suatu kebetulan. Orangutan menggunakan ritme sebagai alat, menyesuaikan pola vokal mereka agar sesuai dengan situasi.
Dr. De Gregorio dan timnya memperhatikan perubahan ini, yang mengisyaratkan bahwa orangutan mengomunikasikan informasi spesifik tentang lingkungan sekitarnya.
Sekilas ke Masa Lalu
Jika rekurensi terjadi dalam panggilan orangutan, apa artinya bagi kita? Dr. De Gregorio melihatnya sebagai sekilas gambaran masa lalu evolusi kita.
“Penemuan ini menunjukkan bahwa akar dari salah satu fitur paling khas bahasa manusia – rekurensi – sudah ada dalam masa evolusi kita,” katanya.
Dengan kata lain, rekursi mungkin bukan ciptaan manusia. Bisa jadi itu adalah keterampilan yang kita warisi dari nenek moyang kita – keterampilan yang masih digunakan orangutan hingga kini.
Hubungan Orangutan dengan Bahasa Manusia
Bahasa tidak muncul dalam semalam. Bahasa berevolusi lapis demi lapis, seperti rangkaian vokal orangutan. Para peneliti percaya bahwa mempelajari suara-suara ini dapat membantu kita memahami bagaimana bahasa manusia dimulai.
Orangutan, dengan struktur vokal rekursifnya, mungkin menyimpan petunjuk tentang bagaimana nenek moyang kita berkomunikasi. Mungkin mereka juga menyusun suara, membangun ritme untuk menyampaikan ide-ide yang rumit.
Seiring berjalannya waktu, ritme ini dapat berkembang menjadi sistem bahasa yang lebih terstruktur.
Gambaran yang Lebih Besar
Mengapa semua ini penting? Karena jika rekursif bukan hanya milik manusia, maka kompleksitas pemikiran yang dimungkinkannya juga tidak. Orangutan menunjukkan kepada kita bahwa benih-benih bahasa tertanam lebih dalam dari yang kita duga, sudah ada sejak jutaan tahun lalu.
Dengan melestarikan hewan-hewan ini dan habitatnya, kita tidak hanya melindungi satu spesies. Kita juga menjaga hubungan dengan sejarah evolusi kita sendiri – sejarah yang diceritakan melalui lapisan suara, irama, dan makna.
Penelitian Bahasa pada Primata
Dr. De Gregorio dan timnya telah membuka pintu bagi pertanyaan-pertanyaan baru. Seberapa luaskah rekurensi di antara primata nonmanusia? Apakah spesies lain menggunakan struktur vokal yang serupa?
Saat ini, panggilan orangutan Sumatera bergema di hutan, membawa pesan yang kuno sekaligus baru. Dan dalam irama berlapis itu, kita mungkin mendengar akar bahasa kita sendiri yang jauh, bergema sepanjang waktu.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Annals of the New York Academy of Sciences.
Sumber: erath.com
KEYWORD :Orangutan Bahasa orangutan Rekursi Evolusi Bahasa Manusia