Selasa, 20/05/2025 11:58 WIB

Peringati Hari Museum Internasional, Ibas: Museum Jembatan Peradaban dan Masa Depan Bangsa

Peringati Hari Museum Internasional, Ibas: Museum Jembatan Peradaban dan Masa Depan Bangsa

Wakil Ketua MPR, Edhie Baskoro Yudhoyono saat mengunjungi Museum Rudana, Ubud, Bali. (Foto: Humas MPR)

Ubud, Jurnas.com - Wakil Ketua MPR, Edhie Baskoro Yuhoyono (Ibas), menegaskan pentingnya melestarikan seni, budaya dan museum sebagai jembatan peradaban sekaligus perekat bangsa dalam keberagaman. Ibas juga menyerukan kolaborasi lintas generasi untuk terus menjaga warisan budaya dan memajukan pariwisata berbasis nilai-nilai luhur bangsa.

Hal tersebut disampaikan Edhie Baskoro Yuhoyono dalam acara Audiensi dengan topik “Meniti Warisan, Merajut Masa Depan : Meseum Sebagai Penjaga Peradaban” di Museum Rudana, Ubud, Bali, pada Sabtu (17/5/2025) bersama para pemerhati sejarah dan museum yang ada di Bali. Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Museum Internasional, 18 Mei 2025.

Dalam pidatonya yang penuh semangat kebangsaan, Ibas yang juga merupakan lulusan S3 IPB University ini menekankan bahwa museum dan galeri seni bukan sekadar tempat menyimpan artefak masa lalu, tetapi menjadi ruang edukasi sekaligus merupakan jembatan untuk peradaban dan untuk kehidupan yang lebih baik.

“Saya bisa mengatakan bahwa museum seni dan galeri adalah jembatan. Jembatan untuk peradaban juga jembatan untuk kehidupan kita yang lebih baik dan lebih benar,”

“Untuk itu saya hanya ingin menekankan bahwa, mari-lah kita terus mendorong, menjalankan, mengangkat dan mencintai seni, museum dan galeri termasuk kebudayaan kita agar lebih berkembang, lebih lestari, dan lebih mendunia. Tapi tidak lupa dengan pilar-pilar kebangsaan kita sesuai dengan Pancasila, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945,” paparnya.

Di tengah dinamika global yang penuh gejolak baik dari sisi geopolitik maupun ekonomi, Edhie Baskoro Yudhoyono menyerukan pentingnya menjaga stabilitas dalam negeri, termasuk menolak praktik premanisme yang mengancam harmoni masyarakat.

Ibas menyoroti kearifan lokal Bali seperti keberadaan pecalang sebagai contoh bagaimana budaya mampu menjadi benteng pertahanan sosial.

“Kita di Indonesia harus memastikan betul, keamanan, kenyamanan, keramahan, dan kenangan itu dapat kita cipta,” katanya. “Saya juga mendorong di hadapan saudara-saudara kita di Tanah Air agar stabilitas keamanan tetap terjaga dan mari sama-sama kita tolak terjadinya premanisme di mana-mana,” lanjutnya.

Dalam pidatonya, Edhie Baskoro Yudhoyono menyoroti kondisi ekonomi global yang tengah tidak stabil akibat perang dagang antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Tiongkok.

Ia menyebut ketegangan ini menimbulkan ketidakpastian yang berdampak langsung pada arus perdagangan dan pengembangan ekonomi di kawasan, termasuk Indonesia. Menurutnya, sektor seni, budaya, museum, dan pariwisata sangat bergantung pada masuknya ekonomi global, sehingga dibutuhkan investasi, kerja sama, dan kolaborasi untuk mendorong kemajuan ekonomi nasional.

“Karena berbicara seni budaya museum dan pariwisata, kita butuh ekonomi dunia masuk ke dalam negeri. Kita tidak cukup mengandalkan ekonomi bangsa saja, tapi kita perlu investasi, kita perlu kerjasama, kita perlu kolaborasi untuk memutarkan perekonomian kita menjadi lebih maju dan lebih berkembang.” ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Ibas menekankan pentingnya menjaga lingkungan dan memajukan pariwisata Bali di tengah perkembangan teknologi dan digitalisasi global.

Ibas mengajak semua pihak untuk tidak melupakan kekayaan alam dan budaya Bali. Ia juga menyoroti tren wisata berbasis teknologi seperti wisata angkasa dan virtual reality, “Kita tidak ingin Indonesia, Bali yang terkenal dengan persona alamnya, kecantikan alamnya dan peninggalan sejarahnya kemudian dilupakan.” ujar Ibas

Edhie Baskoro juga mendorong rebranding destinasi wisata agar semakin menarik minat wisatawan dunia, serta menyerukan pentingnya regulasi yang mendukung pelestarian budaya

“Tolong Bali sama-sama kita berjuang undang-undang kebudayaan benar-benar bisa memberikan pemanfaatan dan keuntungan kepada semua stakeholder yang ada di Indonesia,” katanya, sembari mengajak seluruh pihak untuk berkomitmen bersama dalam pembentukan regulasi tersebut.

Mengakhiri pidatonya, Edhie Baskoro kembali menyerukan pentingnya kolaborasi lintas elemen masyarakat untuk memuliakan kebudayaan bangsa. Ia mengajak agar potensi budaya, seni, dan situs bersejarah di seluruh Indonesia dapat dikembangkan, sebagaimana Bali yang telah menjadi panggung dunia.

“Saya berharap asosiasi museum Rudana seni galeri juga sama-sama, kita semangat, kita lebih bersolek, dan kita mempersiapkan masih banyak potensi di bangsa kita yang belum tergarap dengan baik,” pungkasnya.

Kunjungan Edhie Baskoro Yudhoyono ini mendapatkan apresiasi dari Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia sekaligus Presiden of the Rudana, Putu Supadma Rudana, “Kami bangga, jarang tokoh dari Parlemen yang datang ke museum, tapi kita bangga Bapak Edhie Baskoro atau Mas Ibas ini datang ke museum, memuliakan museum, memuliakan kebudayaan, dan memuliakan seni budaya”

Maestro tari Bali, Anak Agung Oka Dalem, turut menyampaikan aspirasinya. “Seni budaya itu tidak hanya seni tari saja, tapi juga seni tabuh, seni sastra, seni lukis, seni ukir. Semuanya adalah satu kesatuan yang harus kita hormati, kita lestarikan, kita kembangkan dan kita dukung,” ujarnya. Ia pun berharap dukungan konkret dari pemerintah agar seni budaya Bali tetap hidup dan berkembang menuju Indonesia yang lebih jaya.

Audiensi ini dihadiri oleh beberapa pemerhati museum diantaranya Empu Keris, Maestro Tari, perwakilan dari Asosiasi Museum Indonesia, Komunitas Pecinta Museum, Komunitas Perempuan Pecinta Museum, Civitas Akademika Ilmu Sejarah dan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, dan masih banyak lagi.

KEYWORD :

Kinerja MPR Edhie Baskoro Yudhoyono Museum Bali




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :