Minggu, 18/05/2025 22:19 WIB

Ple Priatna: Diplomasi Sat Set Donald Trump, Indonesia Bagaimana?

MBS berhasil merangkul Donald Trump, Putin, Zelenskyy, bahkan menempatkan Saudi sebagai aktor utama diplomasi

Diplomat senior Ple Priatna. Foto: tangkapanlayar

JAKARTA, Jurnas.com - Kwartet diplomasi Putra Mahkota Mohamad Bin Salman (MBS) dari Saudi Arabia, Mohamad Bin Zayid (MBZ) dari Uni Emirat, Jassim Al Thani (JAT) dari Qatar, dan Donald Trump (DJT) dari Amerika Serikat adalah pendulum politik, solusi konflik melalui afinitas transaksi bisnis masa kini.

"Luar biasa. Bahasa diplomasi Saudi dari titik paling awal hingga puncak reputasi internasional. Putra Mahkota MBS bak menyambut kedatangan seorang `raja` Amerika. Penuh penghormatan, respek, dan hangat memperlakukan presiden seusia Donald Trump, 78 Tahun," kata Diplomat Senior Ple Priatna di Jakarta, Minggu (18/5/2025).

Priatna mengatakan, MBS berhasil merangkul Donald Trump, Putin, Zelenskyy, bahkan menempatkan Saudi sebagai aktor utama diplomasi dan honest broker global yang kredibel. Riyadh menjadi mitra baru yang penting mencari solusi soal Rusia-Ukraine hingga dicabutnya sanksi untuk Suriah.

Tidak hanya meningkatkan pengakuan reputasi internasionalnya, tapi MBS juga dinilai Priatna cermat mengolah kekayaan ekonomi Saudi menjadi aset geostrategis yang mampu "membeli Donald Trump".

MBS melalui Forum Investasi Saudi membuktikan bisa memantik puluhan bilioner AS untuk bertransaksi dan bertukar jelajah rantai aset kekayaan ekonomi yang dimiliki keduanya.

"Dahsyat. Kalkulasi ekonomi yang berani, MBS menjanjikan investasi ke AS sebesar US$600 Miliar atau sekitar Rp9.900 Triliun atau hampir Rp10.000 Triliun atau Rp2.500 Triliun, mendekati tiga perempat APBN RI per tahun, selama empat tahun mendatang, 2025 - 2029," ujar Priatna.

Coba bandingkan dengan Indonesia, kata Priatna, catatan CNBC, pada 2024, realisasi investasi Arab Saudi di Indonesia hanya sebesar US$3,2 juta (Rp 52,8 miliar) atau turun dari 2023 yang sejumlah US$7,15 juta. Arab Saudi hanya hanya menempati urutan ke-66 dari seluruh pemodal asing di Indonesia. Tingkat posisi investasi, yang amat tidak diperhitungkan Saudi.

Indonesia, dalam konteks politik luar negeri tentu perlu melakukan langkah sat-set membuat terobosan konektivitas ekonomi dalam hubungan dengan Saudi, keluar dari konsentrasi ekspor pekerja migran, bila sekaligus berpartisipasi mendulang relasi ekonomi rantai pasok dengan AS. 

"Agak sulit menjawab, mengapa Saudi amat tidak tertarik berinvestasi ke Indonesia?" tegas Priatna.

Ia sangat menyayangkan para konglomerat besar, oligarki di tanah air, tidak menghendaki investor dari Timur Tengah berperan besar, termasuk menggagas kekayaan yang dikeruk di tanah air ini, menjadi daya pikat mendekati dan bekerjasama dengan pengusaha kaya raya Saudi. 

"Prefensi bisnis oligarki yang sarat dengan muatan politik sempit. Tidak cukup membiarkan diplomasi mie instan di Timur Tengah, menjadi citra politik luar negeri RI yang berkelas," sindir Priatna.

Publik melihat fakta bahwa AS praktis menjadi bintang, langkah sat-set yang menyedot minat Saudi, Emirat, dan bahkan Qatar untuk membuka peta normalisasi sekaligus imbalan rantai pasok industri high tech dan Artificial Intelligence (AI) menanam modal besar ke AS sebagai daya tawar.

Dari tautan kontroversi Emirat memasuki Abraham Accord, demi Israel menghentikan aneksasi barunya di Tepi Barat, hingga Saudi merangkul kekuatan Trump. Terbukti dalam kunjungan ini, melalui lobby belakang Saudi dan faktor keamanan, Donal Trump sama sekali tidak menginjakan kaki di Tel Aviv.

Peran Qatar sebagai broker menengahi komunikasi Hamas dengan IDF dalam pembebasan sandera, hingga hadiah istimewa pesawat Boeing kepresidenan terbaru untuk Trump seharga Rp6,6 Triliun, membuktikan intensitas peta relasi baru ingin ke luar dari konflik di Timur Tengah.

Dalam tataran geostrategis Timur Tengah ini, lanjut Priatna, MBZ pun melangkah maju menjahit ruang jelajah hadirnya Donald  Trump dengan penuh hormat, ramah, dan menjejali AS dengan devisa besar.

"Begitulah ke empat tokoh sentral MBS, MBZ, JAT, dan Donald Trump membuka langkah maju meredifinisikan relasi persahabatan yang berkelas," tuturnya.

Paradigma dan pendekatan pro perdamaian dan stabilitas sehingga investasi dan konektivitas rantai pasok AS dan Timur Tengah bisa berkembang pesat.

Meskipun hingga saat ini negara Arab dan Teluk tegas menolak gagasan Trump sebagus apa pun, untuk mengambil alih membangun Gaza dengan mengusir warga Palestina.

Perlawan terhadap genosida Israel makin kuat, dan Trump menyadari itu. Pandangan Priatna, ada upaya bersama negara Arab dan Teluk untuk menurunkan pengaruh zionis Israel dalam kebijakan Trump.

Salah satunya membuka ekosistem saling percaya, mengubah peta konflik bergeser menjadi paket kerjasama ekonomi dengan Saudi, Emirat, dan Qatar.

Perhelatan penyambutan  kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Riyadh, selain menggambarkan keakraban Presiden Trump dengan Putra Mahkota Saudia, MBS, juga mengungkap peran sentral MBS dalam relasi peta baru AS-Arab Saudi. Tidak saja peran penting aktor utama, honest broker, tapi juga terobosan menciptakan ekosistem iklim kerjasama.

"Diplomasi sat-set ala AS dan Saudi ini sepatutnya menjadi daya dorong  inovasi Indonesia untuk membuat politik luar negeri RI semakin relevan," pungkas Priatna.

KEYWORD :

Ple Priatna Diplomasi Arab Saudi Donald Trump




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :