
Ilustrasi ledakan amunisi (Foto: Pexels/Pixabay)
Jakarta, Jurnas.com - Tragedi ledakan amunisi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), pada 12 Mei 2025, kembali mengingatkan publik akan bahaya laten dari bahan peledak militer yang tak lagi digunakan. Ledakan yang terjadi saat proses pemusnahan ini menewaskan 13 orang—termasuk anggota TNI dan warga sipil—serta menjadi salah satu insiden paling mematikan dalam satu dekade terakhir.
Namun, sejarah mencatat bahwa tak semua ledakan terkait amunisi di Indonesia terjadi karena kelalaian atau kesalahan teknis. Ada satu peristiwa yang justru dikenang sebagai aksi heroik dalam perjuangan kemerdekaan.
Berikut adalah lima insiden ledakan amunisi dalam sejarah Indonesia, dari yang heroik hingga yang tragis yang dikutip dari berbagai sumber.
1. Ledakan Gudang Amunisi Dayeuhkolot dalam Bandung Lautan Api (1946)
Ledakan besar pertama yang tercatat dalam sejarah Indonesia modern terjadi pada 24 Maret 1946 di Dayeuhkolot, Bandung Selatan, Jabar, saat rakyat dan pejuang Indonesia melakukan aksi Bandung Lautan Api.
Dalam aksi pembumihangusan tersebut, gudang amunisi milik tentara Sekutu diledakkan oleh pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat) sebagai bagian dari strategi perang scorched earth, untuk mencegah Bandung jatuh ke tangan pasukan NICA.
Pada saat itu, dua pejuang muda, Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan, melakukan aksi nekat dengan menyusup ke gudang amunisi Sekutu dan meledakkannya. Ledakan besar itu menewaskan keduanya, namun berhasil menghancurkan instalasi militer penting milik musuh.
Ledakan itu pun mengguncang kawasan Dayeuhkolot hingga menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap kolonialisme. Ledakan ini tidak disebabkan oleh kesalahan teknis, melainkan sebuah tindakan militer terencana yang menjadi bagian dari sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Aksi ini menjadi simbol keberanian dan pengorbanan yang luar biasa. Peristiwa ini tercatat sebagai ledakan amunisi yang tergolong heroik dalam sejarah Indonesia, sebuah bentuk perlawanan terorganisir yang membawa dampak strategis. Kejadian ini kini dikenang melalui Monumen Bandung Lautan Api di Tegallega sebagai bukti kecintaan rakyat terhadap tanah air dan pengorbanan untuk kemerdekaan.
2. Ledakan Gudang Peluru Marinir TNI AL, Jakarta Selatan
Pada 29 Oktober 1984, sebuah ledakan besar mengguncang Gudang Peluru Korps Marinir TNI AL yang berada di Cilandak, Jakarta Selatan. Tragedi ini mengakibatkan kebakaran hebat yang merusak banyak rumah di sekitar area gudang. Ledakan ini terjadi karena kesalahan dalam penanganan amunisi, yang memicu serangkaian ledakan peluru dan mortir yang disimpan di gudang tersebut.
Dampaknya sangat besar: 17 orang tewas, 224 orang luka-luka, dan lebih dari 3.700 rumah rusak. Penyebab ledakan diduga berasal dari peluru mortir 80 mm buatan Yugoslavia yang menggunakan mesiu cair, yang memang dikenal memiliki tingkat kerentanannya lebih tinggi. Tragedi ini menjadi salah satu insiden yang mengingatkan pentingnya pengelolaan amunisi dengan standar yang lebih ketat.
3. Ledakan di Gudang Amunisi Kopaska TNI AL, Tanjung Priok
Pada 5 Maret 2014, ledakan terjadi di gudang amunisi milik Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Meskipun dampaknya lebih kecil dibandingkan dengan ledakan lainnya, insiden ini menyebabkan 1 orang tewas dan 87 orang luka-luka, sebagian besar merupakan personel TNI.
Gudang tersebut menyimpan senjata ringan dan bahan peledak berdaya rendah, dan letaknya yang terisolasi di Pulau Dayung membantu meminimalisasi dampak pada masyarakat sipil. Namun, meskipun ledakan ini tidak sebesar yang terjadi di Cilandak, insiden ini tetap menunjukkan potensi bahaya yang terkait dengan pengelolaan amunisi militer.
4. Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Gudmurah Kodam Jaya, Bogor
Pada 30 April 2024, ledakan mengguncang Gudang Amunisi Daerah (Gudmurah) milik Kodam Jaya di Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jabar. Insiden ini terjadi akibat amunisi yang sudah kedaluwarsa dan seharusnya sudah dimusnahkan. Meskipun tidak ada korban jiwa, insiden ini mengingatkan pentingnya manajemen amunisi yang baik, terutama untuk barang-barang yang telah melewati masa pakainya.
Ledakan ini tidak menimbulkan kerusakan besar, namun menjadi peringatan bagi pihak militer untuk lebih berhati-hati dalam menangani dan memusnahkan amunisi kedaluwarsa. Kejadian ini juga menunjukkan bahwa amunisi yang tidak dikelola dengan benar bisa menimbulkan potensi bahaya yang besar.
5. Ledakan Saat Pemusnahan Amunisi di Garut, Jabar
Tragedi terbaru yang terjadi di Garut, Jabar pada 12 Mei 2025, menewaskan 13 orang, termasuk anggota TNI dan warga sipil, ketika amunisi yang tidak terpakai sedang dimusnahkan. Ledakan ini terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, saat personel TNI AD sedang menjalankan prosedur pemusnahan bahan peledak yang sudah tidak layak pakai.
Jenis amunisi yang dimusnahkan mencakup mortir dan granat. Ledakan tersebut menyebabkan 13 orang tewas, yang terdiri dari 4 anggota TNI dan 9 warga sipil. Di antara korban yang merupakan anggota TNI, terdapat nama-nama seperti Kolonel Antonius Hermawan dan Mayor Anda Rohanda. Insiden ini kembali menunjukkan bahaya yang bisa muncul dalam proses pemusnahan amunisi yang tidak dilakukan dengan prosedur yang benar. (*)
Sumber: Historia, Wikipedia, IDN Times, dan berbagai sumber lainnya.
KEYWORD :Ledakan Amunisi Tragedi Garut Amunisi Kedaluwarsa Gudang Amunisi