
Ilustrasi sedang duduk di kursi (Foto: Pexels/Andrea Piacquadio)
Jakarta, Jurnas.com - Jangan duduk terlalu lama, terlalu nyaman di kursi Anda. Duduk berjam-jam setiap hari ternyata bukan hanya membuat tubuh pegal, tapi juga bisa berdampak pada kesehatan bahkan mengancam nyawa lho.
Duduk memang terlihat seperti aktivitas paling aman dan tidak berisiko. Namun, studi terbaru membuktikan bahwa duduk terlalu lama bisa membahayakan kesehatan bahkan memperpendek umur.
Sebuah penelitian di Taiwan pada tahun 2024 menemukan bahwa pekerja dengan rutinitas duduk sepanjang hari memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung 34 persen lebih tinggi. Bahkan risiko kematian dari semua penyebab naik hingga 16 persen dibandingkan mereka yang lebih aktif saat bekerja.
Mengutip laman Verywellhealth, temuan ini semakin menguatkan bukti bahwa gaya hidup sedentari adalah faktor risiko serius. Bahkan olahraga rutin sekalipun tidak cukup untuk menetralkan efek buruk dari duduk berjam-jam setiap hari.
Peneliti menyebut bahwa duduk lama tanpa diselingi gerakan membuat darah menggenang di tubuh bagian bawah. Kondisi ini memperlambat sirkulasi darah dan bisa mengganggu fungsi pembuluh darah.
Akibatnya, tubuh mulai menunjukkan tanda-tanda inflamasi tingkat rendah yang kronis. Peradangan ini kemudian berkontribusi pada resistensi insulin, diabetes tipe 2, obesitas, hingga gangguan ginjal.
Kondisi ini tidak hanya terjadi pada orang dengan pola hidup pasif di luar pekerjaan, tapi juga pada mereka yang bekerja kantoran dan duduk dalam waktu lama setiap hari. Artinya, risiko ini sangat dekat dan nyata bagi banyak orang, terutama di era kerja jarak jauh atau hybrid.
7 Kebiasaan Sehari-hari yang Memicu Gagal Ginjal
Penelitian lain yang dilakukan terhadap perempuan lansia menemukan risiko serupa. Mereka yang duduk lebih dari 11,6 jam per hari mengalami peningkatan risiko kematian sebesar 57 persen, bahkan jika mereka melakukan olahraga intens.
Dari segi fisiologis, duduk terlalu lama menghambat sirkulasi oksigen dan membuat tubuh pasif terlalu lama. Menurut Dr. Andrea Z. LaCroix dari University of California, hanya berdiri saja sudah cukup untuk memperbaiki tekanan darah.
Karena itu, para ahli menyarankan agar kita secara aktif menyisipkan gerakan kecil di sela-sela waktu duduk. Misalnya dengan berdiri setiap 20 menit atau berjalan ke dapur di antara waktu layar.
Gerakan sekecil apa pun bisa memberi dampak positif pada sirkulasi darah dan detak jantung. Bahkan, berpindah posisi dari duduk ke berdiri sudah membuat tubuh lebih aktif.
Dr. LaCroix menekankan bahwa jeda duduk tidak perlu menunggu lama atau menunggu waktu olahraga. Cukup bangun tiga kali dalam satu jam saja sudah jauh lebih baik daripada duduk terus tanpa henti.
Rekan LaCroix, Dr. Francisco Lopez-Jimenez dari Mayo Clinic, juga mengingatkan pentingnya membuat strategi agar tubuh terdorong untuk aktif. Ia menyarankan meletakkan tempat sampah lebih jauh dari meja kerja atau menyiapkan alat olahraga ringan di dekat ruang kerja.
Dengan begitu, setiap kali kita berdiri, ada kesempatan untuk meningkatkan detak jantung dan memperbaiki metabolisme. Perlahan-lahan, tubuh akan terbiasa lebih aktif dan terhindar dari efek buruk duduk kronis.
Risiko dari duduk terlalu lama bukan hanya masalah postur atau kenyamanan semata. Ini adalah isu kesehatan serius yang berdampak langsung pada harapan hidup dan kualitas hidup seseorang.
Maka dari itu, penting untuk mulai membentuk kebiasaan baru agar tubuh tetap bergerak sepanjang hari. Bukan dengan menunggu waktu olahraga, tapi dengan menyelipkan gerakan ringan dalam rutinitas harian.
Jika perubahan ini dilakukan secara konsisten, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap kesehatan jangka panjang. Jadi, alih-alih terus duduk diam, bangkit dan bergerak sekarang juga adalah langkah terbaik yang bisa Anda ambil untuk tubuh Anda. (*)
KEYWORD :Duduk terlalu lama Gaya Hidup sedentari Umur Kesehatan