Senin, 12/05/2025 16:48 WIB

Pengamat Nilai Prospek Energi Panas Bumi di Indonesia Menjanjikan

EBT di Indonesia dinilai menunjukkan daya tahan, khususnya di bidang panas bumi

Performa Bisnis PGE Solid. (Foto: Jurnas/dok web Pertamina).

Jakarta, Jurnas.com- Sektor energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia dinilai menunjukkan daya tahan, khususnya di bidang panas bumi. Di saat ekonomi global tengah berkontraksi, investasi di sektor EBT—salah satunya pada panas bumi diyakini masih memiliki prospek yang bagus, karena investor melihat komitmen pemerintah yang cukup baik untuk mendorong terwujudnya transisi energi.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komite Tetap Perencanaan Pengembangan Energi Baru Terbarukan KADIN Indonesia, Feiral Rizky Batubara. Feiral juga sempat membahas kinerja bisnis salah satu perusahaan panas bumi terbesar Indonesia, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (IDX: PGEO).

“Performa bisnis (PGE) yang solid itu bagus juga bagi pengembangan EBT, khususnya panas bumi, di Indonesia,” katanya saat berbincang kepada media di Jakarta, belum lama ini.

Apa yang disampaikan Fieral tercermin dari laporan keuangan PGE pada kuartal pertama 2025. Pada laporan yang dirilis pekan lalu, PGE membukukan pendapatan sebesar US$ 101,51 juta. Penguatan fundamental lainnya tercermin juga pada total aset perusahaan yang naik 0,93% menjadi US$3,03 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dan kas bersih dari aktivitas operasi juga meningkat pesat sebesar 12,04% secara Year on Year (YoY) menjadi US$77,47 juta.

Investasi EBT, salah satunya pada panas bumi, menurut Feiral, masih menunjukkan prospek yang positif karena investor menilai komitmen pemerintah cukup kuat. Komitmen tersebut memberikan kepastian yang dibutuhkan oleh para investor.

“Pemerintah sudah berkomitmen bahwa EBT itu tidak bisa mundur lagi, dan komitmen untuk keberlanjutan negara kita bukan paksaan dari asing. Sekarang, PLN dan ESDM sedang merancang kesiapan jaringan untuk menerima dan menyalurkan EBT, salah satunya panas bumi. Hal itu disambut baik oleh investor, baik dalam maupun luar negeri,” katanya.

Feiral menyatakan bahwa sistem energi masih rentan di tengah percepatan transisi global menuju energi bersih. Hal ini disebabkan oleh ketergantungan sistem kelistrikan pada sumber energi intermiten, seperti tenaga angin dan matahari. Menurutnya, transisi energi yang aman mensyaratkan kehadiran baseload yang andal, salah satunya panas bumi.

Akan tetapi, energi panas bumi masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama karena potensi sumber dayanya banyak berada di wilayah pegunungan. Feiral menekankan bahwa optimalisasi pemanfaatan energi panas bumi memerlukan dukungan nyata dari pemerintah, mulai dari perizinan hingga aspek komersial. Ia juga menyoroti berbagai keunggulan panas bumi, antara lain sifat energinya yang stabil, kapasitas faktor yang mencapai 90 persen sehingga efisien, serta ketersediaannya yang melimpah dan ramah lingkungan.

Pendiri Indonesia Center of Energy Resilience Studies itu menyebut pengembangan potensi panas bumi membutuhkan dukungan di tengah gejolak dunia dan volatilitas perekonomian. Sejauh ini, pemerintah sudah berusaha mendorong peran strategis energi panas bumi dalam transisi energi Indonesia. Melalui Peraturan Menteri ESDM No. 10 tahun 2025, pemerintah telah menetapkan target kontribusi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 5,1% dalam bauran energi nasional pada 2060, atau setara 22,7 gigawatt (GW). Saat ini, kapasitas terpasang PLTP baru mencapai sekitar 2,6 GW, dengan PGE menyumbang 1,887 GW, termasuk 672 megawatt (MW) yang dikelola mandiri.

Dengan potensi cadangan panas bumi nasional yang mencapai 24 GW atau 40% dari total global, peluang pengembangan di sektor ini masih sangat besar. Pihak PGE menargetkan peningkatan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan, termasuk lewat proyek Lumut Balai Unit 2 yang ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2025 dengan kapasitas 55 MW, Hululais Unit 1 & 2 dengan kapasitas 110 MW, serta sejumlah proyek co-generation dengan target total kapasitas 230 MW.

“PGE didorong berinvestasi di luar negeri, itu bagus. Pemain lain PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga memiliki valuasi baik dan menunjukkan bahwa ini menunjukkan seberapa besar bisnis ini dilirik oleh market,” kata Feiral.


KEYWORD :

Pengamat Energi Panas Bumi Indonesia




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :