Senin, 12/05/2025 14:01 WIB

Sejarah El Clasico, Rivalitas Klasik Negara vs Rakyat

Puluhan hingga ratusan juta pasang mata akan menaruh perhatian dalam pertandingan El Clasico terakhir musim ini, antara Real Madrid vs Barcelona.

Pertandingan El Clasico awal 2000-an (Foto: Marca)

Jakarta, Jurnas.com - Puluhan hingga ratusan juta pasang mata akan menaruh perhatian dalam pertandingan El Clasico terakhir musim ini, antara Real Madrid vs Barcelona.

Pertandingan ini menjadi penentu. Jika El Blaugrana menang, maka titel La Liga musim ini akan menjadi milik klub Catalan. Jika terjadi sebaliknya, maka Madrid dapat menjaga peluang juara, meski masih tertinggal satu poin.

Rivalitas Madrid dan Barcelona bukan sekadar sepak bola. Laga ini juga mewakili sebuah perseteruan antar identitas, bahkan konflik politik yang mendalam di Spanyol.

Real Madrid didirikan pada 1902 dan Barcelona pada 1899. Keduanya tumbuh sebagai klub besar dengan basis penggemar yang kuat. Tapi rivalitas El Clásico benar-benar mengeras di era pemerintahan diktator Jenderal Francisco Franco di Spanyol (1939–1975).

Franco, yang berasal dari wilayah pusat (Castile), menjadikan Real Madrid sebagai simbol nasionalisme Spanyol. Di sisi lain, Barcelona merepresentasikan identitas Catalunya, wilayah yang memiliki bahasa, budaya, dan semangat kemerdekaan yang kuat.

Selama era Franco, pemerintah kerap menekan ekspresi kebudayaan Catalunya. Lagu kebangsaan dan bendera regional dilarang. Dalam konteks ini, Barcelona menjadi simbol perlawanan, dan pertandingan melawan Madrid terasa seperti lebih dari sekadar olahraga.

Puncak ketegangan terjadi saat kasus transfer Alfredo Di Stéfano pada awal 1950-an. Di Stéfano nyaris bergabung dengan Barcelona, tapi akhirnya malah ditarik ke Real Madrid lewat proses yang diduga tak lepas dari campur tangan politik. Keputusan ini memicu amarah suporter dan memperkuat teori bahwa pemerintah Spanyol mendukung Madrid sebagai klub negara.

Sementara itu bagi warga Catalunya, Camp Nou bukan hanya stadion, tapi benteng tempat mereka bisa menyanyikan lagu regional dan mengekspresikan identitas yang ditekan pemerintah. Saat Barcelona mencetak gol ke gawang Madrid, akan terasa seperti kemenangan simbolik melawan dominasi pusat.

Setelah kematian Franco dan kembalinya demokrasi ke Spanyol, ketegangan politik mereda, tapi aroma rivalitas tetap kuat. Bahkan hingga kini, sentimen politik masih sesekali muncul, terutama ketika isu kemerdekaan Catalunya kembali mencuat.

Hingga kini, El Clásico adalah salah satu pertandingan paling ditunggu di dunia. Di balik sorotan global, sponsor miliaran euro, dan bintang-bintang internasional, tetap ada narasi lama yang membayangi, yakni perlawan pinggiran terhadap pusat.

KEYWORD :

Sejarah El Clasico Barcelona vs Real Madrid Pertandingan La Liga




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :