Sabtu, 10/05/2025 16:20 WIB

Hari Lupus Sedunia, Kenali Penyakit Autoimun yang Masih Sering Disalahpahami

Setiap 10 Mei, dunia memperingati Hari Lupus Sedunia atau world lupus day sebagai bentuk solidaritas global terhadap jutaan orang yang hidup dengan lupus.

Peringatan Hari Lupus Sedunia (Foto: Udana)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap 10 Mei, dunia memperingati Hari Lupus Sedunia atau world lupus day sebagai bentuk solidaritas global terhadap jutaan orang yang hidup dengan lupus. Peringatan ini menjadi momen penting untuk mengedukasi masyarakat tentang penyakit yang masih sering disalahpahami ini.

Lupus adalah penyakit autoimun kronis, di mana sistem imun menyerang jaringan dan organ tubuh yang sehat. Kondisi ini dapat memengaruhi berbagai organ vital seperti kulit, ginjal, jantung, paru-paru, sendi, hingga otak.

Meskipun tergolong serius, lupus kerap sulit dikenali karena gejalanya menyerupai banyak penyakit lain. Hal ini menyebabkan banyak penderita baru tidak mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat waktu.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari lima juta orang di dunia hidup dengan lupus. Setiap tahun, lebih dari 100 ribu kasus baru tercatat, mayoritas menyerang perempuan usia produktif.

Sayangnya, banyak penderita lupus yang tidak menyadari bahwa mereka mengidap komplikasi serius seperti lupus nephritis atau gangguan ginjal akibat lupus. Komplikasi ini bisa menyebabkan kerusakan ginjal permanen jika tidak terdeteksi sejak dini.

Sebuah survei dari World Lupus Federation mengungkap bahwa hampir separuh penderita lupus mengalami gangguan ginjal. Namun, sebagian besar dari mereka tidak memahami gejalanya atau bahkan tidak pernah didiagnosis secara resmi.

Padahal, lupus nephritis merupakan salah satu komplikasi paling berbahaya dari lupus karena bisa menyebabkan gagal ginjal. Gejalanya sering kali tersembunyi, seperti pembengkakan, peningkatan frekuensi buang air kecil, tekanan darah tinggi, hingga urin berbusa atau berdarah.

Situasi ini menunjukkan adanya celah besar dalam pengetahuan masyarakat dan edukasi dari tenaga medis. Oleh karena itu, Hari Lupus Sedunia menjadi pengingat bahwa kesadaran publik harus ditingkatkan secara sistematis.

Peringatan ini bertujuan untuk mendorong pemahaman tentang gejala lupus yang sering terabaikan. Selain itu, kampanye ini juga mengajak masyarakat menghapus stigma terhadap penderita lupus yang kerap dianggap "terlihat sehat padahal tidak".

Selain edukasi, Hari Lupus Sedunia menyerukan pentingnya akses layanan kesehatan yang adil dan merata bagi semua penderita. Terutama bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan finansial.

Peringatan tahun 2025 ini berfokus pada peningkatan kesadaran publik, pelatihan dokter, serta riset mendalam mengenai lupus dan komplikasinya. Penekanan juga diberikan pada pentingnya data epidemiologis yang akurat untuk menyusun kebijakan kesehatan yang efektif.

Karena itu, deteksi dini menjadi sangat penting agar pengobatan bisa dimulai lebih cepat dan risiko komplikasi berat bisa dicegah. Kampanye seperti SALURI atau "Periksa Lupus Sendiri" dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan deteksi secara mandiri.

Lebih dari sekadar hari peringatan, Hari Lupus Sedunia adalah ajakan untuk bersama-sama membangun pemahaman dan empati. Sebab lupus tidak hanya menyerang tubuh, tapi juga memengaruhi kehidupan sosial dan psikologis penderitanya.

Dengan mengenali lupus lebih dini dan memahami dampaknya, kita bisa membantu menciptakan dunia yang lebih inklusif bagi mereka yang hidup dengan penyakit ini. Kini saatnya kita tidak lagi abai, karena setiap suara dan dukungan berarti bagi jutaan orang yang menjalani hari dengan lupus. (*)

KEYWORD :

Hari Lupus Sedunia Penyakit Auto Imun Peringatan Hari lupus




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :