Sabtu, 10/05/2025 02:24 WIB

Mengenal Jenis Puasa Sebelum Idul Adha, Keutamaan dan Tata Caranya

Ilustrasi - Mengenal jenis puasa sebelum Idul Adha, keutamaan dan tata caranya (Foto: Pexels/hello aesthe)

Jakarta, Jurnas.com - Menjelang Idul Adha, hari raya pada 10 Dzulhijjah, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah. Salah satu amalan yang sangat dianjurkan menjelang hari raya kurban ini ialah puasa sunnah.

Setidaknya, terdapat empat jenis puasa yang populer dan memiliki keutamaan luar biasa di awal bulan Dzulhijjah: Puasa Dzulhijjah, Puasa Tarwiyah, Puasa Arafah, dan puasa sebelum shalat Idul Adha. Berikut penjelasan lengkapnya, termasuk niat dalam Arab, latin, dan artinya yang dikutip dari berbagai sumber.

1. Puasa Dzulhijjah (1–7 Dzulhijjah)

Puasa ini dilakukan pada tujuh hari pertama bulan Dzulhijjah, yang dimulai sejak tanggal 1 hingga 7. Rasulullah SAW sendiri biasa melaksanakan puasa ini, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijjah...”
(HR. Abu Daud no. 2437, shahih menurut Syaikh Al Albani)

Keutamaan puasa ini sangat besar karena Allah mencintai amal saleh yang dilakukan pada hari-hari tersebut. Bahkan jihad di jalan Allah pun tidak bisa menandingi nilai amal di sepuluh hari pertama Dzulhijjah kecuali jihad yang dilakukan dengan jiwa dan harta secara total.

“Tidak ada amal saleh yang lebih dicintai Allah daripada amal yang dilakukan pada hari-hari ini (10 hari pertama Dzulhijjah)...”
(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)

Bagi yang ingin mengamalkannya, cukup melafazkan niat berikut di malam hari atau sebelum subuh. Lafaz niatnya adalah:

Arab Latin: Nawaitu shauma syahri Dzilhijjati sunnatan lillahi ta’ala
Artinya:Saya niat berpuasa sunnah di bulan Dzulhijjah karena Allah Ta’ala.”

2. Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

Puasa Tarwiyah dilaksanakan pada hari kedelapan Dzulhijjah, bertepatan dengan hari Tarwiyah. Hari ini menjadi awal dimulainya rangkaian ibadah haji bagi jamaah yang sedang berada di Tanah Suci.

Bagi yang tidak berhaji, puasa Tarwiyah juga memiliki keistimewaan yang sangat tinggi. Dalam sebuah riwayat, puasa ini disebut setara dengan puasa selama satu tahun penuh dan menjadi sebab terhindar dari api neraka.

Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ali Al-Muhairi dan Ibnu Abbas.

Puasa hari Tarwiyah seperti puasa satu tahun...”
(Hadits riwayat Ali Al-Muhairi dan Ibnu Abbas)

Hal ini menjadi motivasi kuat bagi umat Islam untuk tidak melewatkan amalan sunnah ini. Untuk niatnya, cukup membaca: Nawaitu shaumal tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala, artinya: “Saya niat berpuasa sunah Tarwiyah karena Allah SWT.”

3. Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)

Hari kesembilan Dzulhijjah dikenal sebagai Hari Arafah, saat puncak ibadah haji berlangsung dengan wukuf di Arafah. Bagi yang tidak berhaji, sangat dianjurkan untuk berpuasa pada hari ini.

Terdapat beberapa keutamaan dari pelaksanaan puasa Arafah sebagaimana tertuang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 1162. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, yakni setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.

Selain itu, hari Arafah juga dikenal sebagai hari di mana Allah SWT paling banyak membebaskan hamba-Nya dari api neraka. Maka dari itu, puasa Arafah menjadi kesempatan emas untuk meraih ampunan dan ridha-Nya.

dengan membaca: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yauma Arafah lillahi ta‘ala. Sementara jika diniatkan di pagi hari, baca: Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta’ala.

Adapun niat puasa Arafah bisa diucapkan malam sebelumnya dan dibaca saat hari Arafah.

Jika dibaca malam sebelumnya:
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati yauma Arafah lillahi ta‘ala
Artinya:Saya berniat puasa sunah Arafah esok hari karena Allah SWT.”

Jika dibaca saat hari Arafah:
Arab Latin: Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnati Arafah lillahi ta’ala
Artinya:Saya berniat puasa sunnah Arafah pada hari ini karena Allah SWT.”

4. Menahan Diri Sebelum Shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah)

Puasa dalam pengertian ini bukan seperti puasa biasa, melainkan menahan makan dan minum sejak terbit Fajar hingga selesai melaksanakan shalat Idul Adha, terutama bagi yang akan berkurban.

Pada hari Idul Fitri, Rasulullah makan sebelum shalat. Tapi pada Idul Adha, beliau tidak makan sampai pulang dan menyantap hasil kurbannya.”
(HR. Ahmad 5:352, hasan)

Namun penting diingat bahwa tidak diperbolehkan berpuasa secara penuh pada hari Idul Adha. Sebab, itu adalah hari raya yang disyariatkan sebagai hari makan, minum, dan bersyukur kepada Allah.

Dengan mengamalkan puasa-puasa sunnah tersebut, seorang Muslim sedang membuka pintu-pintu keberkahan di awal bulan Dzulhijjah. Momentum ini sangat tepat untuk memperbanyak ibadah sebagai bentuk cinta dan penghambaan kepada Allah SWT.

Selain puasa, amalan seperti takbir, dzikir, membaca Al-Qur’an, sedekah, dan amal saleh lainnya sangat dianjurkan. Semuanya merupakan jalan menuju derajat takwa dan bentuk penghormatan terhadap hari-hari yang dicintai Allah. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Puasa Sunnah Idul Adha Dzulhijjah




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :