Jum'at, 09/05/2025 01:55 WIB

Pura-Pura Cedera saat Tim Unggul, Curang atau Taktik?

Meski membuat kamu kesal, diving tidak sesederhana pura-pura cedera. Lebih dari itu, ada taktik yang diterapkan untuk tetap menjaga keunggulan.

Aksi diving legenda Belanda, Arjen Robben (Foto: The Guardian)

Jakarta, Jurnas.com - Aksi pemain berpura-pura cedera dalam permainan sepak bola sering kali ditampilkan oleh tim yang sedang unggul. Tak pelak, tindakan mengulur-ulur waktu ini terkadang membuat penonton kesal.

Apalagi, hanya beberapa detik setelah meringis kesakitan, pemain tersebut kembali berlari seolah tak terjadi apa-apa. Inilah yang oleh banyak orang disebut dengan diving.

Namun perlu dicatat, meski membuat kamu kesal, diving tidak sesederhana pura-pura cedera. Lebih dari itu, ada taktik yang diterapkan untuk tetap menjaga keunggulan.

Secara psikologis, aksi diving bagian dari strategi bertahan mental dan emosi dalam pertandingan. Sepak bola bukan hanya soal fisik, tapi juga permainan psikologis. Pemain yang berpura-pura cedera bisa memberi tekanan pada wasit, memancing simpati penonton, bahkan memancing kartu untuk lawan.

Dalam banyak kasus, pemain menggunakan trik ini untuk mengulur waktu ketika timnya sedang unggul. Dengan duduk meringis di lapangan, mereka memaksa permainan terhenti sejenak dan memecah momentum serangan lawan.

Hal ini dikenal sebagai time wasting, dan meskipun tidak sportif, praktik ini sangat umum terjadi di kompetisi profesional.

Dari sisi taktik, simulasi cedera juga bisa digunakan untuk mengatur ulang posisi tim. Saat permainan berhenti karena pemain cedera, pelatih bisa memberikan instruksi, pemain bisa menarik napas, atau bahkan dilakukan pergantian pemain yang strategis. Waktu jeda ini sangat berguna dalam pertandingan intens.

Namun, tidak semua diving bisa dimaafkan. Diving yang disengaja untuk mendapatkan penalti atau kartu kuning untuk lawan dianggap manipulatif. FIFA telah mengatur sanksi bagi pemain jika melakukan pelanggaran ini, termasuk larangan bermain di laga berikutnya.

Yang menarik, para pemain melakukan ini dengan teknik tersendiri. Mereka biasanya menjatuhkan diri dengan gestur dramatis, lalu menggenggam bagian tubuh yang tampaknya tidak mengalami kontak fisik secara langsung. Biasanya bagian kaki atau muka.

Sering kali, pemain juga melihat dulu ke arah wasit sebelum memutuskan apakah akan menggeliat lebih keras atau memilih bangkit dan membantu tim yang sedang melakukan serangan.

Tentu saja, ini bukan perilaku yang ingin dicontoh. Namun dalam atmosfer sepak bola kompetitif, simulasi cedera menjadi bagian dari dinamika pertandingan. Sebagian pemain menggunakan cara ini sebagai senjata licik, sementara yang lain menganggapnya sebagai bentuk kejelian membaca situasi.

KEYWORD :

Diving Sepak Bola Pura-Pura Cedera Taktik dan Strategi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :