
Logo Paris Saint-Germain (Foto: Dragon Rouge)
Jakarta, Jurnas.com - Pada medio tahun 90-an, nama Paris Saint-Germain (PSG) terdengar asing bagi penikmat sepak bola yang sedang gandrung dengan tim-tim Italia di puncak masa keemasannya. Kala itu, PSG bukan tidak yang patut diperhitungkan di tengah dominasi AC Milan, Manchester United, Juventus, dan Real Madrid.
Namun, lebih dari dua dekade kemudian, tim asal Prancis ini menjelma sebagai salah satu kekuatan Eropa. Bahkan musim ini, PSG yang ditukangi Luis Enrique selangkah lagi bakal mengamankan tiket ke final Liga Champions, dengan catatan tidak kalah dari Arsenal di semifinal putaran kedua.
Didirikan pada 12 Agustus 1970, PSG lahir dari impian para pengusaha dan tokoh masyarakat yang ingin Ibu Kota Paris memiliki klub elit sendiri. Namun, awalnya bukan hanya performa di lapangan yang mereka pikirkan.
Sejak awal, PSG sadar bahwa untuk menjadi besar, mereka harus punya identitas yang melekat dengan ibu kota Prancis. Dan dari sanalah, warna biru, merah, dan putih dipilih dan bukan sembarang kombinasi, tapi warna yang menyatukan sejarah Paris dan Saint-Germain-en-Laye, kota kecil di barat laut Paris.
Warna merah dan biru berasal dari bendera kota Paris. Merah adalah warna revolusi sebagai simbol semangat, perubahan, dan keberanian. Sementara biru merepresentasikan aristokrasi dan ketenangan.
Dalam satu pandangan, dua warna ini sudah menyatukan semangat rakyat dan warisan istana. Putih kemudian hadir bukan hanya sebagai pelengkap visual, tetapi sebagai penghubung dengan Saint-Germain-en-Laye, tempat kelahiran Raja Louis XIV, si Raja Matahari.
Nama Louis XIV mungkin terasa asing bagi mereka yang hanya tahu PSG lewat deretan pemain mahal. Namun bagi pencinta sejarah, Louis XIV adalah lambang kejayaan dan kemegahan Prancis.
PSG Kunci Gelar Juara Liga Prancis 2024/2025
Dia lahir di Saint-Germain-en-Laye pada 1638 dan kemudian menjadi simbol dari absolutisme Prancis. Raja Louis XIV membangun Istana Versailles dan mengangkat Prancis menjadi pusat seni, budaya, dan kekuatan militer Eropa.
Karena itu, menyertakan warna putih dalam logo PSG adalah sebuah penghormatan pada tanah kelahiran raja yang membentuk Prancis menjadi negara modern. Dan PSG secara simbolis, ingin meneruskan semangat dominasi itu, kali ini lewat sepak bola.
Elemen visual lain seperti Menara Eiffel bukan hanya ikon global, tetapi juga penanda bahwa PSG adalah milik Paris. Di bawahnya, bunga fleur-de-lis dalam logo menjadi sentuhan elegan yang mewakili kejayaan kerajaan Prancis dan menguatkan koneksi ke masa lalu. Di sinilah uniknya PSG sebagai klub muda yang tahu cara menghormati sejarah.
Logo PSG yang kini kita kenal adalah hasil revisi pada 2013 lalu, ketika klub mulai membangun citra global. Nama kota `Paris` menjadi lebih dominan dibanding `Saint-Germain`, namun simbol-simbol kunci seperti Eiffel dan fleur-de-lis tetap dipertahankan.
Bagi sebagian orang, logo hanyalah lambang. Tapi bagi PSG, itu adalah warisan. Sebuah pernyataan bahwa mereka bukan sekadar tim bertabur bintang, tapi juga pelanjut dari cerita kota yang telah melahirkan revolusi, seni, dan raja yang memerintah dunia dari istana yang hanya beberapa kilometer dari stadion mereka.
Dan malam ini, saat PSG melangkah ke lapangan Parc des Princes melawan Arsenal, mereka tidak hanya membawa ambisi Liga Champions. Raksasa Ligue 1 juga mengusung semangat dari Louis XIV, Menara Eiffel, dan warna-warna kota yang telah lama jadi panggung sejarah dunia.
KEYWORD :Paris Saint-Germain Sejarah PSG Raja Matahari