
Ilustrasi mengenal vasektomi, usulan Dedi Mulyadi untuk syarat penerima bansos yang ditolak MUI (Foto: Eka Hospital)
Jakarta, Jurnas.com - Belakangan ini, Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi atau KDM sapaannya, memantik perdebatan setelah mengusulkan kebijakan kontroversial yang menjadikan vasektomi sebagai syarat keluarga menerima bantuan sosial (bansos) hingga beasiswa. Usulan ini, menurut KDM, bertujuan menekan angka kelahiran yang tinggi dan memperkuat peran pria dalam program Keluarga Berencana (KB).
Sebelumnya, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa gagasan ini muncul dari pengalamannya sebagai anggota DPR RI, di mana ia melihat langsung beban ekonomi yang menjerat keluarga prasejahtera karena jumlah anak yang banyak. Ia juga menyoroti tren meningkatnya persalinan melalui operasi caesar di kalangan miskin, yang menambah beban biaya pada sistem kesehatan negara.
Namun, usulan Dedi Mulyadi tersebut langsung mendapat penolakan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menilai usulan ini tidak sejalan dengan prinsip agama, moral dan hak asasi manusia. Mereka menegaskan bahwa steriliasi permanen, seperti vasektomi haram, hanya diperbolehkan jika ada alasan syari dan medis yang kuat dan tidak boleh dipaksakan, apalagi dijadikan syarat bansos.
Lantas apa itu vasektomi? Bagaimana proseduralnya? Bagaimana dampaknya? Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari berbagai sumber.
Secara bahasa, istilah vasektomi berasal dari dua kata: “vas” yang berarti saluran, dan “-ektomi” yang berarti pemotongan. Dengan demikian, vasektomi secara harfiah berarti pemotongan saluran sperma, yang sesuai dengan tujuan prosedur ini.
Tolak Vasektomi Jadi Syarat Bansos, HNW Ingatkan Gubernur Fokus Laksanakan Astacita Bukan Bikin Kegaduhan
Secara istilah medis, vasektomi adalah metode kontrasepsi permanen untuk pria. Prosedur ini dilakukan dengan cara memotong dan mengikat saluran sperma (vas deferens) sehingga sperma tidak dapat bercampur dengan air mani saat ejakulasi. Dengan demikian, kehamilan tidak bisa terjadi.
Prosedur ini tergolong aman dan sederhana, hanya memerlukan bius lokal dan biasanya dilakukan oleh dokter urologi. Menurut National Institutes of Health (NIH), vasektomi adalah salah satu metode sterilisasi pria yang paling efektif dan banyak digunakan secara global.
Mengtuip laman Alodokter, prosedur ini biasanya dilakukan oleh dokter urologi dan tergolong sebagai operasi kecil yang minim risiko. Umumnya hanya memerlukan bius lokal dan dapat selesai dalam waktu sekitar 30 menit.
Selama tindakan, dokter membuat sayatan kecil atau tusukan di skrotum, lalu memotong dan mengikat kedua saluran vas deferens. Setelah prosedur, luka biasanya cepat pulih dengan perawatan sederhana di rumah.
Meskipun vasektomi sangat efektif, kehamilan masih mungkin terjadi dalam beberapa minggu awal pasca-prosedur. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan air mani sampai benar-benar dipastikan tidak lagi mengandung sperma.
Efektivitas metode ini lebih dari 99 persen, menjadikannya salah satu pilihan kontrasepsi paling andal bagi pria. Karena sifatnya permanen, vasektomi cocok bagi pria yang sudah yakin tidak ingin memiliki anak lagi.
Meski ada prosedur pembalikan vasektomi, tingkat keberhasilannya tidak selalu tinggi dan biayanya tidak murah. Maka, penting untuk mengambil keputusan ini dengan matang dan penuh kesadaran.
Vasektomi sebaiknya dilakukan atas dasar sukarela, bukan paksaan, karena menyangkut hak dan pilihan individu. Konsultasi dengan tenaga medis sangat disarankan agar setiap keputusan diambil secara bijak dan bertanggung jawab. (*)
KEYWORD :
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi KDM Vasektomi Bansos MUI