Selasa, 06/05/2025 20:46 WIB

Kondisi Belajar ABK Tak Nyaman, 155 SLB Direvitalisasi Tahun Ini

Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) merencanakan revitalisasi untuk 155 sekolah luar biasa (SLB) dalam program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP).

Anak berkebutuhan khusus belajar di SLB (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen) merencanakan revitalisasi untuk 155 sekolah luar biasa (SLB) dalam program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP).

Revitalisasi ini bertujuan untuk memberikan ruang pendidikan dan sekolah yang nyaman bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), agar mereka mampu mengembangkan potensi dan mengekspresikan diri.

SLB Negeri (SLBN) Slawi, Tegal, Jawa Tengah menjadi salah satu penerima manfaat dari program PSPP. Satu-satunya SLBN di Kabupaten Tegal ini akan direvitalisasi dengan membangun ruang pembelajaran khusus, yakni Ruang Bina Diri dan Ruang Bina Wicara.

Kepala SLBN Slawi, Ninik Basri Martini, mengatakan bahwa ruang pembelajaran khusus diperlukan karena selama ini pembelajaran khusus, seperti Bina Diri dan Bina Wicara, masih dilakukan di ruang kelas biasa.

Selain itu, para siswa tunarungu dan tunagrahita juga harus bergantian memanfaatkan ruangan untuk pembelajaran khusus karena terbatasnya ruang kelas.

"Kondisi ini sangat tidak efektif dan tidak nyaman bagi ABK dan membuat capaian pembelajaran menjadi kurang optimal," kata Ninik dalam siaran pers pada Selasa (6/5).

Bina Diri menjadi pembelajaran dasar bagi anak tunagrahita yang berkaitan dengan kemampuan untuk memelihara atau merawat diri, termasuk aktivitas dan keterampilan hidup sehari-hari.

Melalui pembelajaran ini, anak-anak diajarkan hal-hal mendasar, seperti mandi, memakai baju, menyisir rambut, memperkenalkan anggota tubuh, hingga aktivitas sehari-hari lainnya. Tujuannya adalah agar anak dapat merawat dirinya sendiri serta memiliki keterampilan hidup.

Sementara itu, Ruang Bina Wicara merupakan ruang latihan wicara perseorangan bagi peserta didik tunarungu. Ruangan ini biasanya dirancang kedap suara dengan sejumlah peralatan, seperti speech trainer unit, sehingga guru dapat memberikan pelatihan atau terapi bagi anak-anak tunarungu dalam hal pengucapan kata. Pasalnya, anak tunarungu umumnya juga mengalami hambatan berbicara.

Selain ruang pembelajaran khusus, di SLB Putra Bakti, Pagelaran, Pringsewu, Lampung, program PSPP dimanfaatkan untuk membangun ruang keterampilan tata boga.

Sejak awal berdiri pada 2022 lalu, SLB swasta yang menampung semua ketunaan ini memang fokus pada pengembangan vokasional yang diharapkan dapat melatih kemandirian siswa setelah lulus sekolah. Salah satunya adalah keterampilan tata boga.

"Tapi ruang keterampilan kami sangat terbatas, padahal peminat program vokasional, khususnya tata boga ini banyak," kata Nurhayati, Kepala SLB Putra Bakti.

Saat ini SLB Putra Bakti memiliki kurang lebih 40 siswa dengan berbagai ketunaan. Para siswa sebagian merupakan siswa ABK yang tidak diterima di SLB negeri. Jumlah siswa diperkirakan akan terus bertambah. Oleh karena itu, Nurhayati mengaku sangat bersyukur dengan adanya program PSPP.

"Karena kami memang kekurangan ruangan dengan jumlah siswa yang terus bertambah. Tahun ajaran baru sudah ada yang mendaftar 17 siswa dengan beragam ketunaan," ujar Nurhayati.

Di SLB YPAC Makassar, bantuan revitalisasi SLB tahun 2025 melalui program PSPP ini berupa bantuan ruang kelas, ruang keterampilan, ruang pembelajaran khususnya (Progsus), UKS, perpustakaan, toilet, kantin, dan selasar.

"Kantin dimanfaatkan untuk tempat anak berkebutuhan khusus memasarkan produk yang dihasilkan. Misalnya, makanan yang dipraktikkan oleh program keterampilan tata boga," kata Robiyati, Kepala SLB YPAC Makassar.

Sementara itu, Direktur Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK, Saryadi, mengatakan bahwa tahun ini ada sekitar 155 SLB yang akan direvitalisasi melalui program PSPP tersebut.

Direktur Saryadi berharap, revitalisasi ini dapat meningkatkan layanan pendidikan khusus di Indonesia untuk mendukung pengembangan potensi anak kebutuhan khusus.

"Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengembangan potensi anak berkebutuhan khusus. Dengan revitalisasi ini, ABK diharapkan akan semakin nyaman bersekolah dan dapat mengembangkan potensi diri mereka," ujar Saryadi.

Saryadi mengajak semua pihak untuk terlibat dan mengawasi program ini sampai terlaksana dengan baik. Dengan demikian pembangunan bisa rampung dalam waktu cepat dan membawa manfaat bagi masyarakat di sekitar sekolah.

"Karena program ini bersifat swakelola, maka partisipasi masyarakat sangat diperlukan baik dalam pelaksanaan maupun pengawasan pembangunan. Masyarakat juga diharapkan mendapatkan secara ekonomi. Misalnya, dengan ikut menjadi pekerja dalam pembangunan ruangan ini," dia menambahkan.

KEYWORD :

Sekolah Luar Biasa Revitalisasi Sarpras Kemdikdasmen Saryadi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :