
Ilustrasi - Hari Pendidikan Islam 5 Mei, Ini Sejarah Singkat Berdirinya Perti (Foto: Wawasan Sejarah)
Jakarta, Jurnas.com - Tanggal 5 Mei bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia, menandai tonggak historis kelahiran Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), organisasi keagamaan berhaluan Syafi’i-Asy’ari yang lahir dari kegelisahan ulama tradisionalis terhadap arus perubahan zaman. Tahun ini, Perti genap berusia 97 tahun atau milad ke-97 Perti.
Mengutip buku Persatuan Tarbiyah Islamiyah, karya Alaiddin Koto, tepat pada 5 Mei 1928 atau 15 Zulqaidah 1346 H, Perti Canduang berdiri di Candung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Gerakan yang didirikan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau dikenal sebagai Inyiak Candang ini tak berdiri sendiri. Di hari yang sama, ulama-ulama lain juga mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Jaho, MTI Tabek Gadang, dan MTI Batu Hampar sebagai bagian dari upaya kolektif mereformasi sistem pendidikan surau menuju model madrasah yang lebih sistematis.
Mengtip laman Perti, gerakan ini bukan sekadar pembaruan teknis. Di balik pendirian MTI terdapat visi strategis, di antaranya mempertahankan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan mazhab Syafi’i di tengah gencarnya pengaruh kaum muda yang membawa semangat modernisme dan pembaruan.
Dari sinilah lahir Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (PMTI), cikal bakal Perti. Organisasi ini berperan sebagai penghubung antar-MTI dan menjadi kendaraan penguatan sistem pendidikan berbasis nilai-nilai tradisional.
Dalam perjalanan sejarahnya, PMTI kemudian berubah nama menjadi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PTI) pada 1930 dalam rapat besar di Candung. Sepuluh ulama terkemuka ditetapkan sebagai pendiri, termasuk Syekh Abbas Qadhi, Syekh Muhammad Jamil Jaho, dan Syekh Abdul Wahid ash-Shalihi.
Namun dinamika sosial-politik membuat organisasi ini terus berevolusi. Pada 1937, dalam Konferensi Suliki, Perti resmi disahkan sebagai nama tunggal dan organisasi pusat. Perti kemudian berkembang bukan hanya sebagai ormas keagamaan, tetapi juga sebagai partai politik dengan kiprah nasional.
Dalam Pemilu 1955, Perti sebagai partai politik berhasil memperoleh 4 kursi di DPR dan 7 di Konstituante. Ini membuktikan bahwa semangat pendidikan yang digagas di Candung mampu menembus panggung politik nasional.
Perti tak hanya mendirikan sekolah. Mereka juga aktif dalam penerbitan majalah keagamaan sePerti Al-Mizan, Ar-Radd wal-Mardud, hingga Suara Perti (Super), yang menjadi sarana dakwah dan media pendidikan.
Bahkan, Sirajuddin Abbas sebagai tokoh sentral Perti menginisiasi penyeragaman kurikulum MTI, menetapkan nomor urut madrasah, serta mendirikan Perti Puteri dan Persatuan Murid-Murid Tarbiyah Islamiyah sebagai sayap organisasi.
Pada era 1954–1970, Perti sempat terbelah menjadi dua faksi: satu mendekat ke Golkar, satu lagi ke PPP. Namun pada 5 Mei 1998, Perti menegaskan kembali eksistensinya sebagai organisasi massa Islam yang independen dan berfokus pada dakwah, pendidikan, serta pemberdayaan umat.
Hingga hari ini, Perti tetap menjadi rumah besar bagi ribuan alumni dan simpatisan di seluruh Indonesia. Mereka meneruskan cita-cita pendirinya, di antaranyanya yakni membangun pendidikan Islam yang kokoh di atas nilai-nilai tradisi, ilmu, dan kemajuan.
Menurut laman Wikipedia, 5 Mei di Indonesia diperingati sebagai Hari Pendidikan Islam. Peringatan ini mengacu pada hari kelahiran Perti.
Sejatinya peringatan ini merupakan pengakuan atas tonggak sejarah lahirnya sistem pendidikan Islam modern versi Kaum Tua. Momentum ini menandai pergeseran metode pendidikan dari halaqah surau menuju madrasah klasikal, di mana ilmu agama diajarkan secara sistematis, terstruktur, dan terbuka terhadap perkembangan zaman. (*)
KEYWORD :Hari Pendidikan Islam 5 Mei Perti Tarbiyah Islamiyah