Senin, 05/05/2025 16:57 WIB

Legislator Sebut Penurunan PMI Manufaktur Dampak Kebijakan Proteksionis Global

Penurunan ini merupakan cerminan nyata dari dampak kebijakan proteksionis global, terutama tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

Anggota Komisi VII DPR RI Ilham Permana. (Foto: EMedia DPR)

Jakarta, Jurnas.com - Anggota Komisi VII DPR RI Ilham Permana  prihatin dengan penurunan Prchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada April 2025 yang berada di level kontraksi 46,7 atau terendah sejak masa pandemi COVID-19.

Dia katakan, situasi tersebut merupakan cerminan dari dampak adanya kebijakam proteksionis global. Namun, ia mendukung langkah strategis yang akan diambil Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam menghadapi tekanan tersebut.

"Penurunan ini merupakan cerminan nyata dari dampak kebijakan proteksionis global, terutama tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Amerika Serikat," kata Ilham, dalam keterangan persnya, dikutip Senin (5/5).

"Serta banjir produk impor dari negara-negara yang mencari pasar alternatif. Situasi ini tidak hanya mengganggu daya saing industri nasional, tetapi juga mengancam ketahanan struktur industri dalam negeri," sambungnya.

Ilham menjelaskan, tantangan yang dihadapi sektor manufaktur saat ini memerlukan respons terintegrasi antar-kementerian dan dukungan lintas sektor. Sehingga pihaknya mendorong agar kebijakan industri diarahkan pada penguatan struktur manufaktur nasional secara menyeluruh. 

“Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa sekitar 80 persenproduk manufaktur Indonesia diserap oleh pasar domestik. Ini menandakan pentingnya perlindungan terhadap pasar dalam negeri agar tidak dibanjiri oleh produk impor yang tidak terkendali,” ungkapnya.

Selain itu, kata Ilham, langkah Kemenperin yang secara aktif merespons kekhawatiran pelaku industri, termasuk melalui diplomasi perdagangan dengan mitra internasional dan upaya memperkuat kebijakan substitusi impor, perlu mendapat dukungan penuh.

“Kami di DPR RI siap mengawal arah kebijakan yang pro-industri dan memastikan kebijakan fiskal, tarif, hingga investasi berpihak pada penguatan industri dalam negeri,” terangnya.

Meski demikian, Ilham menilai kolaborasi lintas sektor untuk memitigasi efek domino dari tekanan global sangat diperlukan. Karena pemulihan sektor manufaktur merupakan ujian bagi komitmen bangsa terhadap kemandirian ekonomi.

“Saya mengajak semua pihak – eksekutif, legislatif, pelaku usaha, dan masyarakat – untuk menyadari bahwa kekuatan ekonomi nasional hanya bisa dibangun dengan fondasi industri yang tangguh di negeri sendiri,” demikian Ilham.

 

 

 

KEYWORD :

Warta DPR Komisi VII PMI manufaktur Kemenperin Ilham Permana




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :