
Ilustrasi - Apa Jadinya Kalau Semua Kecoa Punah? Ternyata Dunia Bisa Kacau (Foto: Pexels/Kyyle Killam)
Jakarta, Jurnas.com - Kecoak. Hanya mendengar namanya saja sudah membuat banyak orang bergidik, bahkan merasa jijik. Serangga kecil ini memang identik dengan dapur kotor, kamar mandi lembap, dan lorong-lorong gelap penuh penyakit. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya: apa jadinya jika semua kecoak di dunia ini benar-benar musnah?
Mungkin, ketika kecoak — salah satu dari sekelompok serangga dalam ordo Blattodea ini — punah terdengar seperti dunia ideal. Seolah kita akan hidup di surga versi manusia urban modern. Namun, kenyataannya jauh lebih rumit dan mengejutkan. Kenapa demikian? Berikut adalah ulasannya yang dikutip dari Howstuffworks.
Tak bisa disangkal, kecoak adalah penyebar berbagai bakteri berbahaya seperti Salmonella dan Shigella. Mereka juga meninggalkan jejak kotoran di mana pun mereka berjalan, memperburuk gejala asma dan alergi, terutama pada anak-anak. Dan ya, mereka memang menjijikkan.
Sederet Fakta Unik Kucing yang Wajib Diketahui
Spesies kecoak yang sering ditemukan di rumah — seperti Blattella germanica (kecoak Jerman), Periplaneta americana (kecoak Amerika), Supella longipalpa (kecoak coklat-bergaris), dan Blatta orientalis (kecoak Oriental) — hanya mewakili sebagian kecil dari total populasi kecoak di dunia, yang diperkirakan mencapai 5.000 hingga 10.000 spesies.
Ironisnya, sebagian besar kecoak justru tidak bersinggungan dengan manusia sama sekali. Mereka hidup damai di hutan tropis, di balik dedaunan gugur dan batang kayu membusuk. Dan di sinilah peran penting mereka dimulai.
Di alam liar, kecoa membantu mengurai daun dan kayu yang membusuk menjadi nutrisi bagi tanah. Proses ini menyebarkan nitrogen, unsur penting yang membantu pohon tumbuh subur dan menjaga kelangsungan hutan.
Karena pohon merupakan fondasi dari ekosistem hutan, maka keberadaan kecoa ikut menjaga keseimbangan kehidupan di dalamnya. Tanpa mereka, kualitas tanah akan menurun, dan regenerasi hutan bisa terganggu.
Selain itu, banyak hewan kecil seperti burung, reptil, dan mamalia menjadikan kecoa sebagai sumber makanan utama. Jika kecoa punah, maka hewan-hewan pemangsa mereka ikut terdampak, memicu kekacauan dalam rantai makanan.
Rantai makanan yang terganggu bisa meluas hingga ke hewan-hewan besar, karena semuanya saling terhubung. Hilangnya satu komponen kecil bisa mengguncang keseluruhan ekosistem secara perlahan.
Ironisnya, meski kecoa di rumah dibenci, spesies yang hidup di alam liar justru berperan sebagai pahlawan ekologi. Mereka membantu menjaga keseimbangan alam tanpa pernah meminta perhatian atau pengakuan.
Yang lebih mencengangkan, kecoa sudah ada sejak 300 juta tahun lalu, bahkan sebelum dinosaurus menghuni Bumi. Kemampuan bertahan mereka luar biasa: tahan radiasi tinggi dan bisa hidup tanpa makan selama sebulan.
Jadi meskipun kita sesekali membasmi kecoa di rumah, secara global mereka masih sangat jauh dari ancaman kepunahan. Namun jika mereka benar-benar musnah, dunia akan kehilangan lebih dari sekadar serangga menjijikkan.
Bayangkan satu mata rantai makanan hilang — maka burung dan hewan kecil kelaparan, lalu hewan pemangsa mereka pun ikut terdampak. Ini bukan sekadar spekulasi, melainkan potensi bencana ekologi.
Tanpa kecoa, kita kehilangan pengurai alami, penyubur tanah, dan sumber makanan bagi banyak spesies. Dampaknya bisa menjalar ke sektor yang lebih besar, termasuk pada kita, manusia. (*)
KEYWORD :Kecoa Fakta Unik Serangga Pengurai Keseimbangan Alam