Sabtu, 03/05/2025 11:28 WIB

Zulkaidah, Bulan Haram yang Sarat Makna dan Peristiwa Bersejarah Penting

Lebih dari sekadar larangan perang, Zulkaidah adalah bulan yang menyimpan jejak sejarah besar Islam, berikut ini adalah tujuh peristiwa penting yang menggambarkan betapa istimewanya bulan ini, yang dikutip dari berbagai sumber.

Ilustrasi - Zulkaidah, Bulan Haram yang Sarat Makna dan Peristiwa Bersejarah Penting (Foto: Arina)

Jakarta, Jurnas.com - Memasuki bulan Zulkaidah—atau Dzul Qa’dah al-Haram (ذو القعدة الحرام)—umat Islam diingatkan akan kemuliaan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT, selain Muharram, Rajab, dan Dzulhijjah. Dalam bulan-bulan ini, syariat Islam mengharamkan peperangan serta mengangkat senjata, menjadi simbol bahwa syariat Islam sangat menjunjung tinggi kedamaian, perenungan, dan ibadah.

Secara etimologis, bulan kesebelas dalam kalender Hijriah ini berasal dari dua kata dalam bahasa Arab: “Dzu” yang berarti “pemilik” dan “Qa’dah”  berasal dari akar kata Arab qu’ud yang berarti "duduk", atau “tempat duduk” atau "tempat yang diduduki". Kata tersebut menandakan saat masyarakat Arab zaman dahulu berhenti dari segala aktivitas peperangan.

Bulan Zulkaidah menjadi momen sakral untuk merenungi nilai-nilai keislaman, meningkatkan ibadah, dan menghindari perbuatan dosa. Bahkan, dalam Surat At-Taubah ayat 36, Allah mengabadikan keagungan bulan haram sebagai bagian dari “agama yang lurus” yang harus dijaga:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan... di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan-bulan itu.” (QS. At-Taubah: 36)

Lebih dari sekadar larangan perang, Zulkaidah adalah bulan yang menyimpan jejak sejarah besar Islam, berikut ini adalah tujuh peristiwa penting yang menggambarkan betapa istimewanya bulan ini, yang dikutip dari berbagai sumber.

Perjanjian Hudaibiyah

Terjadi pada tahun ke-6 Hijriah, Perjanjian Hudaibiyah menjadi langkah diplomatik strategis Nabi Muhammad SAW bersama 1.400 sahabat yang berniat melakukan umrah, namun dihalangi oleh Quraisy Mekkah. Meski menuai kekecewaan awal di kalangan sahabat, perjanjian damai ini terbukti menjadi pintu gerbang kemenangan, hingga dua tahun kemudian berujung pada Fathu Makkah (Pembebasan Mekkah).

Empat Umrah Rasulullah, Semua di Bulan Zulkaidah

Berdasarkan riwayat sahih dari Imam Bukhari, Rasulullah SAW melakukan empat kali umrah, semuanya terjadi pada bulan Zulkaidah. Ini mencerminkan posisi Zulkaidah sebagai bulan ibadah persiapan menuju haji, di antaranya: Umrah Hudaibiyah; Umrah tahun berikutnya; Umrah Ji’ranah; Umrah bersama haji (haji wada).

Haji Wada’

Rasulullah SAW memulai perjalanan haji perpisahan dari Madinah pada bulan Zulkaidah tahun ke-10 Hijriah. Wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah disertai khutbah monumental, di mana beliau menyampaikan pesan persatuan, hak asasi manusia, dan pentingnya berpegang pada Al-Qur’an dan Sunnah. Beberapa bulan setelah haji ini, Rasulullah wafat.

Perang Bani Quraizhah: Respons Tegas terhadap Pengkhianatan

Satu hari setelah Perang Khandaq, Malaikat Jibril memerintahkan Rasulullah untuk menyerbu Bani Quraizhah. Pengepungan berlangsung selama 25 hari di bulan Zulkaidah tahun ke-5 Hijriah. Perang ini menjadi pelajaran penting tentang keadilan, strategi, dan ketegasan hukum Islam terhadap pengkhianatan dalam masa krisis.

Pembicaraan Allah dengan Nabi Musa

Menurut Tafsir Ibnu Katsir dan sejumlah mufasir besar seperti Mujahid dan Masruq, peristiwa Nabi Musa berbicara langsung dengan Allah SWT di Bukit Thursina, saat menerima Taurat, juga terjadi pada bulan Zulkaidah. Ini mempertegas posisi bulan ini dalam sejarah wahyu kenabian.

Wafatnya Abu Thalib dan Abu Bakar Ash-Shiddiq

  • Abu Thalib, paman dan pelindung utama Rasulullah selama dakwah di Makkah, wafat pada bulan ini. Kepergiannya menjadi awal masa sulit bagi Rasulullah SAW.

  • Abu Bakar ash-Shiddiq, sahabat setia, pengganti Rasulullah, dan khalifah pertama, wafat pada 22 Zulkaidah, tiga tahun setelah Rasulullah wafat.

Kelahiran dan Syahadah Tokoh-Tokoh Ahlul Bait

  • Fatimah al-Ma’sumah (1 Zulkaidah 173 H), saudari Imam Ali Ridha

  • Imam Ali Ridha (11 Zulkaidah 148 H), cicit Rasulullah

  • Syahadah Imam Muhammad al-Jawad (akhir Zulkaidah 220 H)

Keistimewaan Zulkaidah tak hanya terletak pada peristiwa sejarah, tapi juga tercatat langsung dalam Al-Qur’an saat Allah menjanjikan Taurat kepada Nabi Musa AS selama 40 malam—30 malam di bulan Zulkaidah, dilanjutkan dengan 10 malam pertama bulan Dzulhijjah:

"Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (Dzulqa’dah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (awal Dzulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam..."
(QS. Al-A’raf: 142)

Ini menunjukkan bahwa selama sebulan penuh Zulkaidah hingga sepuluh hari pertama Dzulhijjah, merupakan periode istimewa yang diwarnai wahyu dan spiritualitas tinggi. Maka, tidak berlebihan jika umat Islam memanfaatkannya untuk membangun kedekatan kepada Allah, memperbanyak dzikir, tilawah, amal saleh, sedekah, serta menjauhi maksiat.

Sementara itu, waktu adalah anugerah yang tak akan kembali. Allah bersumpah atas waktu dalam surat Al-‘Ashr, sebagai penekanan bahwa hanya orang-orang beriman dan beramal salehlah yang tidak merugi:

"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam kesabaran."
(QS. Al-‘Ashr: 1–3)

Zulkaidah merupakan ladang waktu penuh peluang, dan menyia-nyiakannya berarti merugi dua kali: melewatkan momentum spiritual dan melalaikan amanah waktu. (*)

Wallohu`alam

KEYWORD :

Bulan Zulkaidah Bulan Haram Peristiwa Bersejarah Peristiwa Penting




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :