Sabtu, 03/05/2025 00:27 WIB

5 Fakta tentang Ki Hadjar Dewantara, Tokoh di Balik Hardiknas

Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas, sebuah momentum yang bukan hanya mengenang sejarah pendidikan Indonesia, tetapi juga meneladani sosok visioner di balik peringatan tahunan ini, yakni sosok Ki Hadjar Dewantara.

Gambar Ki Hadjar Dewantara - Ilustrasi 5+ Fakta Inspiratif Ki Hadjar Dewantara, Tokoh Nasional di Balik Peringatan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas (Foto: Arsip Manusia)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas, sebuah momentum yang bukan hanya mengenang sejarah pendidikan Indonesia, tetapi juga meneladani sosok visioner di balik peringatan tahunan ini, yakni sosok Ki Hadjar Dewantara.

Lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta, Ki Hadjar Dewantara dikenal luas sebagai pelopor pendidikan bagi rakyat jelata dan pencetus sistem pendidikan nasional yang menjunjung nilai kebebasan berpikir, karakter, dan kebudayaan.

Namun di balik namanya yang kerap disebut dalam buku sejarah ini, tersimpan sederet fakta unik dan inspiratif yang menunjukkan bahwa perjuangan Ki Hadjar Dewantara jauh melampaui dunia pendidikan formal. Berikut lima fakta inspratif Ki Hadjar Dewantara yang tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hardikna.

1. Melepas Gelar Bangsawan demi Pendidikan Rakyat

Terlahir sebagai bangsawan Paku Alaman, Ki Hadjar Dewantara justru memilih melepaskan gelar “Raden Mas”-nya pada usia 40 tahun. Ia resmi mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara, sebagai bentuk kesetaraan dan pengabdian kepada rakyat. Langkah ini mencerminkan tekadnya bahwha pendidikan adalah hak semua orang, bukan hak istimewa kaum elit.

Makna nama Ki Hadjar Dewantara tak sembarangan. Ki berarti sosok tua yang dihormati. Hadjar berarti guru. Dewantara berasal dari nama dewa penghubung antara bumi dan langit—simbol peran guru sebagai jembatan ilmu dan moral.

2. Wartawan Kritis yang Dibuang karena Tulisannya

Sebelum dikenal sebagai tokoh pendidikan, Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang wartawan yang lantang mengkritik kolonialisme. Setelah menempuh pendidikan di ELS dan STOVIA (meskipun tidak selesai karena sakit), ia aktif menulis di berbagai media seperti De Express, Midden Java, dan Oetoesan Hindia.

Tulisan terkenalnya “Seandainya Aku Seorang Belanda” (1913) yang menyoroti ketidakadilan kolonial terhadap pribumi, membuatnya diasingkan ke Belanda. Namun, pengasingan itu justru memperkaya pandangannya dan memperkuat tekadnya untuk memperjuangkan pendidikan bagi semua kalangan.

3. Pendiri Partai Politik Pertama yang Mengusung "Indonesia Merdeka"

Bersama dua tokoh pergerakan lain, Ernest Douwes Dekker dan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij pada 1912—partai politik pertama yang secara eksplisit memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Partai ini juga menjadi wadah awal lahirnya semangat nasionalisme modern. Meski akhirnya dibubarkan oleh pemerintah kolonial, ide dan semangatnya menjadi fondasi perjuangan kemerdekaan di tahun-tahun berikutnya.

4. Pendiri Taman Siswa: Revolusi Pendidikan untuk Semua

Pada 3 Juli 1922, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa, institusi pendidikan alternatif yang terbuka bagi rakyat tanpa memandang status sosial. Ia menolak sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif dan percaya bahwa pendidikan adalah sarana membangun bangsa yang merdeka, berbudaya, dan bermartabat.

Di Taman Siswa, ia memadukan metode Barat dengan nilai-nilai lokal, membentuk sistem pendidikan yang menghargai karakter, kemandirian, dan kebangsaan—sebuah pendekatan yang hingga kini tetap relevan.

5. Pencetus Semboyan Abadi: "Tut Wuri Handayani"

Ki Hadjar Dewantara merumuskan falsafah pendidikan yang terus menjadi pedoman di Indonesia, di antaranya ialah Ing ngarsa sung tulada – di depan memberi teladan; Ing madya mangun karsa – di tengah membangun semangat; Tut wuri handayani – di belakang memberi dorongan.

Semboyan ini tak hanya mengajarkan peran guru yang menyeluruh, tetapi juga menjadi landasan filosofi pendidikan nasional. Frasa “Tut Wuri Handayani” bahkan dijadikan motto Kementerian Pendidikan melalui Keputusan Menteri No. 0398/M/1977.

Kutipan-Kutipan Ki Hadjar Dewantara yang Masih Relevan Hari Ini

“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.”

“Dengan ilmu kita menuju kemuliaan.”

“Apapun yang kamu lakukan, hendaknya memberi manfaat bagi semua, bagi dirimu, bangsamu, dan alam sekitarmu.”

“Percaya, tegas, penuh ilmu hingga matang jiwanya, serta percaya diri, tidak mudah takut, tabah menghadapi rintangan apa pun.” (*)

Sumber: indonesianembassy.de

KEYWORD :

Ki Hadjar Dewantara Pendidikan Nasional Peringatan Hardiknas




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :