Jum'at, 09/05/2025 13:00 WIB

Mitos Bunga Bangkai, dari Pemakan Manusia hingga Penyimpan Batu Mustika

Spesies tumbuhan endimik Pulau Sumatera ini kini terancam punah, dengan populasi yang terus menurun akibat kerusakan habitat hingga mitos yang berkembang di masyarakat

Bunga Bangkai di Kebun Raya Cibodas (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) adalah tumbuhan asal Indonesia yang dikenal karena ukurannya yang besar dan bau busuk yang khas saat mekar. Spesies tumbuhan endimik Pulau Sumatera ini kini terancam punah, dengan populasi yang terus menurun akibat kerusakan habitat hingga mitos yang berkembang di masyarakat. 

Keberadaan bunga bangkai di alam liar semakin langka, namun baru-baru ini ada kabar menggembirakan dari Kebun Raya Cibodas, di mana salah satu koleksi bunga bangkai mekar untuk kedua kalinya tahun ini. Uniknya, bunga ini mekar dalam dua tahun berturut-turut, meskipun fase berbunga alami bunga bangkai seharusnya terjadi setiap empat tahun sekali.

Seperti diketahui, bunga bangkai memiliki ciri khas yang tidak hanya menarik perhatian para peneliti, tetapi juga menciptakan banyak cerita dan mitos. Sebagai tumbuhan endemik Pulau Sumatera, bunga ini tumbuh hanya di kawasan tertentu, seperti yang tercatat dalam penelitian Arianto (2018). 

Saat ini, jumlah bunga yang termasuk keluarga Araceae (talas-talasan) ini tersisa di alam diperkirakan hanya sekitar 1.000 individu, menjadikannya salah satu spesies yang terancam punah. Bunga ini juga telah masuk dalam Daftar Merah Tanaman Terancam Punah dari International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Dikutip dari laman Lindungihutan, penyebab utama penurunan jumlah bunga bangkai antara lain adalah penggundulan hutan atau deforestasi untuk perkebunan dan pertanian, serta penurunan jumlah burung rangkong yang berfungsi dalam penyerbukan bunga ini. Namun, mitos yang berkembang di masyarakat turut memperburuk keadaan. 

Kepercayaan tentang bunga bangkai yang "memakan manusia" atau sebagai tanaman pemanggil ular telah mendorong banyak orang untuk merusaknya begitu menemukan bunga ini di hutan atau ladang.

Banyak orang percaya bahwa ukuran bunga yang besar yang bisa mencapai hingga 300 cm dan bentuknya yang menyeramkan menandakan bahwa bunga bangkai adalah pohon pemakan manusia. 

Selain itu, adanya corak seperti ular pada tangkai daun membuat masyarakat berpikir bahwa tanaman ini dapat memanggil ular. Mitos-mitos ini seringkali menyebabkan bunga bangkai dihancurkan tanpa pertimbangan lebih lanjut.

Di beberapa daerah seperti Bengkulu, berkembang pula kepercayaan bahwa bunga bangkai menyimpan batu mustika yang memiliki kekuatan magis. Masyarakat yang termakan mitos ini akan membelah bunga tersebut untuk mencari batu tersebut, meskipun hal ini tidak terbukti secara ilmiah.

Upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang fakta ilmiah mengenai bunga bangkai sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Yuzammi, peneliti dari Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya-LIPI, mengungkapkan bahwa edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya bunga bangkai bagi ekosistem perlu diperkuat.

Dengan mengurangi mitos dan meningkatkan pemahaman masyarakat, kita berharap dapat menjaga kelangsungan hidup bunga bangkai dan tumbuhan endemik lainnya. Sebagai bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia, bunga bangkai harus dijaga agar tetap menjadi bagian dari warisan alam yang tak ternilai.

KEYWORD :

Mitos Bunga Bangkai Amorphophallus titanum




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :