Rabu, 30/04/2025 21:32 WIB

Banyak Terlibat Politik Praktis, Presiden Disarankan Ganti Kapolri

Menurut Ray Ramgkuti, Listyo Sigit sangat terampil dalam memainkan isu politik

Jakarta, Jurnas.com - Presiden Prabowo Subianti disarankan untuk membebastugaskan Listyo Sigit Prabowo dari jabatannya sebagai Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Listyo dinilai terlalu banyak terlibat dalam politik praktis.

Hal itu disampaikan Pengamat Politik sekaligus pendiri Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti dalam diskusi Ikatan Wartawan Hukum (Iwakum) bertajuk ` Urgensi Reformasi Polri` di Jakarta pada Jumat, 7 Maret 2025

"Saya lihat, Pak Listyo ini bakat politiknya jauh lebih kuat dibandingkan bakat aparat penegak hukumnya. Oleh karena itu, saya berharap Presiden segera membebaskan Pak Listyo dari tugasnya sebagai Kapolri agar bakat politiknya benar-benar tersalurkan," kata Ray.

Menurutnya, Listyo sangat terampil dalam memainkan isu politik. Di mana, polisi dinilai lebih banyak terlibat mendukung program pemerintah dibanding memastikan kemananan dan ketertiban masyarakat.

Ray mencontohkan bahwa Polri terlibat dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dan memantau bursa saham yang bukan tugas dan fungsinya.

Oleh karena itu, Ray pun menyarankan Listyo menjadi pengurus partai politik yang saat ini tengah digagas Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).

"Dia (Listyo) bersama Pak Jokowi mendirikan partai politik baru. Ketua umumnya adalah Pak Jokowi, Sekjen adalah Pak Listyo, cocok banget," kata Ray berkelakar.

Ray juga mengaku sudah lama mendorong agar Kapolri Listyo dievaluasi. Namun, ia menduga bahwa Listyo memiliki kedekatan dengan Jokowi.

Ray menyebut Listyo saat ini masih dibutuhkan untuk menjadi titik temu antara Presiden Prabowo Subianto dengan Jokowi.

"Tapi kayaknya kalau soal Pak Kapolri ini menjadi semacam titik temu gitu. Antara Pak Prabowo dengan Pak Jokowi. Ini bacaan politiknya lah ya," tuturnya.

Sementara itu, Direktur Ekskutif Amnesty International, Usman Hamid mengatakan pergantian Kapolri aspriasi soal pergantian Kapolri sudah disampaikan sejak Agustus 2024 lalu.

Amnesty International telah mengeluarkan rilis resmi tentang represi oknum Polri terhadap warga sipil dan mahasiswa. Hasilnya, represi berbasis kekerasan itu dilakukan bukan oleh perseorangan anggota Polri, melainkan melibatkan institusi.

“Bagi kami berlaku eksesif dari kepolisian itu bukanlah berlaku perorangan. Karena hampir menjadi pola umum. Karena tanggung jawabnya ada pada institusi. Dalam hal ini tentu institusi adalah entitas yang abstrak. Harus di konkretkan siapa? Kapolri,” tegas Aktivis Pro Demokrasi ini. 

Kata Usman, secara organisasi, Amnesty Internasional pun telah mendesak adanya hak angket atau hak lainnya yang bersifat penyelidikan dari DPR untuk meminta pertanggung jawaban Kapolri terkait hal tersebut. 

“Sayangnya, DPR-nya hingga hari ini belum mengarah ke sana. Bahkan dalam kritik masyarakat dan mahasiswa terakhir kepada pemerintah, pemerintahan Prabowo dan juga kepada kepolisian Ketua Komisi III  mengatakan "untung ada di Polisi". Padahal itu hanya 4 hari setelah (oknum polisi mengintimidasi) kelompok Band Punk Sukatani,” ucapnya. 

Atas dasar itu, dalam pandangan Amnesty  Internasional, DPR dalam hal ini kurang optimal di dalam menjalankan fungsi-fungsi kontrol dan pengawasan. “Akibatnya tidak ada koreksi yang signifikan,” ucapnya.

Sementara itu, Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Mohammad Choirul Anam berpandangan, semua Kapolri pasti memiliki persoalan dan prestasi masing-masing.

Di tengah banyaknya kritikan terhadap Korps Bhayangkara, Anam menyebut Kapolri saat ini juga mempunyai prestasi. Salah satunya melahirkan sebuah Direktorat pelindungan anak dan perempuan.

Oleh karena itu, eks Komisioner Komnas HAM ini bilamg persoalan institusi Polri bukan hanya disebabkan oleh orang tertentu. Tapi, jauh lebih luas yaitu soal perbaikan struktural dan kultural baik itu pendidikan maupun perbaikan sumber daya manusia di Institusi Kepolisian.

“Saya sih lebih bagus pergantiannya natural saja kayak sebelum-sebelumnya. Semua kepala kepolisian memang memiliki catatan yang baik yang positif, prestasi maupun yang masalah. Sehingga pergantian itu menjadi sesuatu yang sifatnya natural,” kata Anam.

KEYWORD :

Presiden Prabowo Subianto Kapolri Listyo Sigit Prabowo Ray Rangkuti Iwakum




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :