Selasa, 11/11/2025 22:19 WIB

Kenapa Tidak Boleh Makan Mi Instan Setiap Hari? Ini Penjelasannya





Padahal, meskipun mudah dan enak, ada beberapa alasan mengapa mi instan tidak boleh dimakan setiap hari, karena bisa menimbulkan risiko kesehatan

Ilustrasi mi instan (Foto: Pexels/Alena Shekhovtcova)

Jakarta, Jurnas.com - Mi instan telah menjadi makanan favorit banyak orang karena kepraktisan, harga yang terjangkau hingga berbagai rasa yang menggoda. Rasanya yang lezat, variasi rasa yang menggoda, serta kemudahan dalam penyajian menjadikan mi instan pilihan populer untuk banyak orang.

Tidak heran jika mi instan sering dijadikan pilihan untuk sarapan, makan siang, bahkan makan malam. Bagi sebagian orang, mengonsumsi mi instan hampir menjadi kebiasaan setiap hari, tanpa memikirkan dampaknya terhadap kesehatan.

Padahal, meskipun mudah dan enak, ada beberapa alasan mengapa mi instan tidak boleh dimakan setiap hari, karena bisa menimbulkan risiko kesehatan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kandungan dalam mi instan, seperti natrium yang tinggi, lemak jenuh, dan bahan pengawet, dapat membahayakan tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan.

Tingkat Natrium yang Sangat Tinggi

Salah satu masalah utama yang dimiliki mi instan ialah kandungan natrium yang sangat tinggi. Mi instan mengandung lebih dari kebutuhan natrium harian kita dalam satu porsi. Misalnya, dalam satu porsi mi instan, bisa terdapat lebih dari 1.000 mg natrium, sementara kebutuhan harian natrium untuk orang dewasa sekitar 2.300 mg.

Menurut FDA, asupan natrium yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan memberi beban pada ginjal, jantung, dan organ tubuh lainnya. Oleh karena itu, konsumsi berlebihan mi instan dapat berisiko menyebabkan hipertensi, yang berujung pada masalah jantung dan stroke.

Mi Instan Mengandung Lemak Tidak Sehat

Selain natrium, mi instan juga tinggi lemak, terutama lemak trans. Mengutip Healthshots, banyak mi instan mengandung hingga 45% dari nilai lemak trans harian yang disarankan. Lemak trans dan kolesterol yang tinggi dari mi instan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Lemak sehat yang berasal dari kacang-kacangan, sayuran, dan sumber alami lainnya lebih bermanfaat bagi tubuh karena dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Sebaliknya, lemak yang ada pada mi instan hanya meningkatkan asupan kalori tanpa memberikan manfaat gizi yang berarti.

Selain itu, lemak jenuh dan trans dalam mi instan berisiko memperburuk kadar kolesterol dalam darah, yang dapat menyebabkan pembekuan darah dan aterosklerosis, yang meningkatkan kemungkinan serangan jantung dan stroke. Mengutip VoiceMagazine lemak jenuh dalam makanan olahan seperti mi instan justru menambah kalori tanpa memberikan nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh.

Kurang Gizi dan Kandungan Pengawet

Mi instan juga sangat rendah kandungan gizi penting seperti serat, protein, dan vitamin. Ketika kita mengandalkan mi instan sebagai makanan utama, kita berisiko mengalami defisiensi nutrisi, yang bisa memengaruhi daya tahan tubuh dan fungsi pencernaan. Mi instan umumnya dibuat dengan bahan dasar tepung terigu yang diproses secara tinggi, yang rendah serat dan nutrisi penting dibandingkan dengan makanan berbahan dasar biji-bijian utuh.

Selain itu, mi instan mengandung bahan pengawet berbahaya seperti Tertiary Butylhydroquinone (TBHQ) dan Butylated Hydroxyanisole (BHA) yang digunakan untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan rasa. Meskipun bahan-bahan ini aman dalam jumlah kecil, konsumsi jangka panjang dapat menimbulkan risiko masalah kesehatan jangka panjang, seperti kerusakan saraf, peningkatan risiko limfoma, dan pembesaran hati. Studi yang diterbitkan oleh Iranian Journal of Basic Medical Sciences menghubungkan paparan TBHQ dengan kerusakan saraf dan peningkatan risiko kanker.

Pengaruh pada Metabolisme dan Pencernaan

Penelitian menunjukkan bahwa mi instan memengaruhi metabolisme tubuh dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan makanan lainnya. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Korean Medical Science menemukan bahwa tubuh tidak sepenuhnya mencerna mi instan seperti halnya mie yang terbuat dari bahan alami. Mi instan tetap dapat dikenali dalam saluran pencernaan setelah dikonsumsi, yang menambah pertanyaan tentang apakah mi instan memberikan nilai gizi yang sesungguhnya.

Studi lain juga menunjukkan bahwa mi instan mengandung sejumlah bahan yang bisa memperlambat proses pencernaan dan penyerapan gizi, yang dapat menyebabkan gangguan metabolisme jangka panjang. Ini menyebabkan munculnya masalah seperti sembelit atau ketidakseimbangan dalam gula darah, yang berisiko memicu diabetes atau obesitas.

Potensi Risiko Kesehatan Jangka Panjang

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Nutrition Research and Practice, konsumsi mi instan yang sering dapat berhubungan dengan sindrom metabolik, kondisi yang meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, gula darah tinggi (diabetes), obesitas, dan kadar kolesterol yang abnormal. Selain itu, konsumsi mi instan yang berlebihan juga dapat mengurangi kadar vitamin D dalam tubuh, yang terkait dengan masalah kesehatan lainnya, seperti penurunan kekebalan tubuh dan peningkatan risiko infeksi.

Bagi mereka yang tetap ingin menikmati mi instan, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengurangi risiko kesehatan. Misalnya, kurangi penggunaan bumbu instan yang mengandung banyak garam dan MSG, tambahkan sayuran segar dan protein sehat seperti telur atau ayam tanpa lemak, serta batasi konsumsi mi instan hanya beberapa kali dalam seminggu. Dengan cara ini, kita bisa tetap menikmati mi instan tanpa mengorbankan kesehatan. (*)

KEYWORD :

Bahaya makan mi instan setiap hari Efek samping makan mi instan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :