Kepala Desa Bulo, Andi Rifai (Foto: Muti/Jurnas.com)
Makassar, Jurnas.com - Potret praktik baik digitalisasi di desa ditunjukkan oleh Desa Bulo, Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Berkat platform `Siberas` buatan Universitas Muhammadiyah Sidenreng (UMS) Rappang, desa ini menerapkan pelayanan publik yang sepenuhnya berbasis digital.
Kepala Desa Bulo, Andi Rifai, menyebut salah satu implementasi digitalisasi di desanya ialah warga desa kini tak perlu repot-repot datang ke kantor desa untuk mengurus surat menyurat. Bahkan, syarat fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) sudah lama ditiadakan.
"Dengan adanya platform `Siberas` ini kebutuhan masyarakat bisa terlayani tanpa perlu datang ke kantor desa. Tidak ada lagi fotokopi KTP. Masyarakat tinggal masuk melalui website, mengisi data, setelah selesai pihak desa antar ke rumah," kata Andi saat ditemui di Kantor Desa Bulo, Sidrap, Sulsel baru-baru ini.
"Datanya lengkap dan update bisa sampai setiap hari. Misalnya ada yang meninggal, nanti ada yang melaporkan kemudian bisa dihapus dari Siberas. Begitu juga dengan pernikahan dan kelahiran," dia menambahkan.
Kehadiran platform `Siberas` membantu Andi dalam mengakses data dan informasi yang sifatnya terbuka untuk umum. Bahkan, masyarakatpun dapat dengan jelas menemukan informasi mengenai Desa Bulo yang diperbarui setiap hari, termasuk transparansi anggaran Dana Desa.
"Di manapun saja berada, tidak perlu lagi menghubungi kantor kalau ada permintaan data. Tinggal saya buka untuk melihat, misalnya, ada berapa laki-laki, perempuan, siswa SD, SMP, SMA, semua ada di situ," ujar Andi.
Andi juga tak khawatir dengan validitas data Desa Bulo yang tertera di `Siberas`. Dia mengatakan di balik itu ada peran penting mahasiswa UMS yang sedang menjalankan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Bulo. Mereka melakukan pembaruan data dengan cara turun ke lapangan setiap hari.
"Sekarang setiap hari kantor desa lebih sering sepi, karena masyarakat lebih sering menggunakan `Siberas` untuk mengurus surat menyurat. Ini juga berkat mahasiswa UMS yang rutin melakukan sosialisasi," kata Andi.
Rektor UMS, Prof. Dr. Jamaluddin Ahmad, mengatakan platform `Siberas` sudah dirintis oleh UMS sejak 2014 silam, ketika kampus tersebut masih berstatus sebagai sekolah tinggi. Seiring waktu berjalan, platform berbasis digital ini diminati oleh desa-desa di Sulsel karena mempermudah pelayanan publik.
"Dan itu kita kasih free, gratis ke desa. Kita enggak mau memungut bayaran dari desa. Hanya saja saya minta, bisa enggak nanti kalau mahasiswa turun bantu kepala desa, dikasih makan siang," ujar Jamaluddin.
Saat ini, tercatat sudah delapan desa menjadi pengguna `Siberas` di Sulsel. Meski banyak permintaan `Siberas` dari desa-desa lainnya, Jamaluddin mengatakan UMS cukup selektif karena platform ini membutuhkan komitmen dalam implementasinya di lapangan.
"Dulu sebelum ada `Siberas`, pelayanan publik dan profil desa ini banyak yang manual. Profil desa masih dalam bentuk buku. Sekarang mereka sudah berbasis website. Jadi kepala desa itu ke mana-mana tidak perlu bawa buku lagi," kata dia.
Keterlibatan mahasiswa yang menjalankan KKN Tematik yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) juga cukup vital. Tak hanya membantu desa memperbarui data administrasi masyarakat di `Siberas`, mereka juga membantu memetakan potensi desa.
"Mahasiswa-mahasiswa KKN kemarin yang turun itu membantu membuat profil desa. Menggunakan drone misalnya, menampilkan semua potensi-potensi desa, kemudian data-data potensi itu disampaikan langsung oleh kepala desa," Jamaluddin menambahkan.
KEYWORD :Desa Bulo UMS Rappang Pelayanan Berbasis Digital Kampus Merdeka