Ilustrasi - Kisah Nabi Ibrahim AS yang mengajarkan makna sabar dan taat yang sesungguhnya (Foto: Tanwir)
Jakarta, Jurnas.com - Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai sosok yang teguh memegang tauhid dan selalu menempatkan Allah di atas segalanya. Jalan hidupnya tidak pernah mudah.
Sejak muda, ia harus berhadapan dengan tradisi penyembahan berhala di tengah kaumnya. Meski sendirian, Ibrahim tetap meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan yang pantas disembah. Keteguhan itulah yang membuatnya memperoleh kedudukan tinggi di sisi Allah. Al-Qur’an menegaskan:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan sempurna…”
(QS. Al-Baqarah: 124)
6 Amalan Sunnah yang Dianjurkan pada Bulan Rajab
Ketaatan Nabi Ibrahim tidak berhenti pada keyakinan, tetapi terwujud dalam tindakan. Salah satu ujian besar yang ia hadapi adalah perintah untuk meninggalkan Hajar dan bayi Ismail di sebuah lembah tandus.
Secara manusiawi, keputusan itu terasa berat. Namun Ibrahim yakin, Allah tidak akan menelantarkan mereka. Doa yang ia panjatkan menggambarkan kepasrahan penuh kepada Tuhan:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanaman… agar mereka mendirikan salat.” (QS. Ibrahim: 37)
Ujian berikutnya datang ketika Ismail beranjak remaja. Ibrahim mendapat perintah yang mengguncang: mengorbankan anak yang begitu dicintainya.
Meski hatinya pasti bergetar, Ibrahim tetap memilih taat. Ia berdialog dengan penuh kasih dan kejujuran kepada putranya, lalu menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah. Al-Qur’an mengabadikan momen itu:
“Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu.” (QS. As-Shaffat: 102)
Pada puncak kepasrahan itulah, Allah menunjukkan bahwa ketaatan tidak pernah sia-sia. Nabi Ibrahim lulus ujian, Ismail diselamatkan, dan Allah menggantinya dengan sembelihan. Peristiwa ini menjadi simbol bahwa cinta kepada Allah harus berada di atas segala cinta.
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-Shaffat: 106–107)
Kisah Nabi Ibrahim mengajarkan bahwa iman bukan sekadar ucapan, melainkan keberanian untuk tetap berada di jalan Allah meski logika, situasi, dan kenyamanan seolah tidak mendukung.
Doa, tawakal, dan keikhlasan menjadi sumber kekuatan. Ia berusaha sebaik mungkin, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah — sebuah sikap yang menghadirkan ketenangan, menjauhkan dari keputusasaan, dan menumbuhkan keyakinan bahwa setiap keputusan Allah selalu memiliki hikmah.
Di masa kini, keteladanan Nabi Ibrahim tetap relevan. Saat berhadapan dengan pilihan sulit, kejujuran yang diuji, atau godaan yang melemahkan iman, kisah beliau mengingatkan kita bahwa jalan ketaatan mungkin tidak selalu mudah, tetapi selalu membawa kita lebih dekat kepada kebaikan. Ketaatan bukan tanda kelemahan — melainkan bukti kekuatan hati yang sepenuhnya percaya kepada Allah.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Info Keislaman Nabi Ibrahim AS Allah SWT Sejarah Islam kitab Al-Qur`an makna sabar




















