Ilustrasi risiko stroke (Foto: RS M. Haulussy Ambon)
Jakarta, Jurnas.com - Pemanis tanpa gula atau pemanis alami (erythritol) semakin mendominasi produk makanan dan minuman, dari soda diet hingga protein bar. Erythritol kerap dipromosikan sebagai alternatif aman karena rendah kalori dan tidak memicu lonjakan gula darah, namun temuan ilmiah terbaru memberi sinyal peringatan.
Studi baru dari University of Colorado Boulder menemukan bahwa erythritol dapat memicu perubahan cepat dan signifikan pada pembuluh darah otak, mekanisme yang berpotensi meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Dampaknya bahkan muncul hanya dalam hitungan jam.
Penelitian ini belum dilakukan pada manusia secara langsung, melainkan pada sel endotel, yaitu sel yang melapisi pembuluh darah di otak. Sel-sel ini berperan penting mengatur aliran darah, mencegah peradangan, dan mengontrol pembentukan bekuan darah.
Para peneliti memaparkan sel tersebut pada erythritol selama tiga jam saja, dengan dosis setara satu minuman bebas gula. Hasilnya, sel langsung menunjukkan tanda stres oksidatif yang kuat.
Paparan singkat itu meningkatkan produksi radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat merusak DNA dan protein sel. Meski sistem antioksidan sel mencoba melawan, respons tersebut dinilai tidak cukup untuk menetralkan kerusakan.
Masalah tidak berhenti di situ. Sel pembuluh darah juga mengalami gangguan dalam produksi nitric oxide, senyawa penting yang berfungsi melebarkan pembuluh darah. Produksi nitric oxide turun sekitar 20 persen, membuat pembuluh darah cenderung menyempit.
Pada saat yang sama, sel justru meningkatkan pelepasan endothelin-1, protein yang memberi sinyal agar pembuluh darah berkontraksi. Kadar senyawa ini melonjak hingga 30 persen dibandingkan sel normal.
Kombinasi tersebut dianggap berbahaya. Pembuluh darah kehilangan kemampuan untuk melebar, sekaligus mendapat dorongan tambahan untuk menyempit, kondisi yang dapat menghambat aliran darah ke otak.
Peneliti juga menemukan gangguan pada mekanisme alami tubuh dalam melarutkan bekuan darah. Normalnya, sel akan melepaskan zat penghancur bekuan ketika menerima sinyal tertentu, namun respons ini tidak muncul pada sel yang terpapar erythritol.
“Jika pembuluh darah lebih menyempit dan kemampuan memecah bekuan menurun, risiko stroke jelas meningkat,” ujar Auburn Berry, penulis utama studi tersebut.
Temuan ini sejalan dengan penelitian observasional sebelumnya yang melibatkan lebih dari 4.000 orang di Amerika Serikat dan Eropa. Studi tersebut menunjukkan bahwa individu dengan kadar erythritol tinggi dalam darah memiliki risiko stroke dan serangan jantung lebih besar dalam tiga tahun berikutnya.
Yang membuat temuan ini semakin relevan, erythritol diketahui mampu menembus sawar darah otak. Artinya, zat ini tidak hanya beredar di tubuh, tetapi juga dapat langsung memengaruhi pembuluh darah di otak.
Para peneliti menekankan bahwa hasil ini bukan ajakan panik, melainkan peringatan agar konsumsi pemanis tanpa gula tidak dianggap sepenuhnya bebas risiko. Terutama bagi mereka yang rutin mengonsumsi beberapa produk bebas gula dalam sehari.
Studi ini menambah bukti bahwa pilihan “bebas gula” belum tentu identik dengan aman bagi kesehatan jantung dan otak. Penelitian lanjutan pada manusia masih dibutuhkan, namun kehati-hatian kini menjadi kata kunci. (*)
Sumber: Earth
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Pemanis bebas gula Pemanis Erythritol risiko stroke serangan jantung














