Ilustrasi kebakaran rumah (Foto: Dave Hoefler/Unsplash)
Jakarta, Jurnas.com - Memberikan pertolongan pertama pada korban kebakaran tidak sederhana. Sebab, mereka yang selamat dari musibah kebakaran biasanya telah menghirup karbon monoksida dalam jumlah besar.
Dokter spesialis paru RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dr. Ika Trisnawati, mengatakan bahwa karbon monoksida yang memang beracun, tentu akan sangat berbahaya apabila terhirup. Sebab senyawa karbon monoksida ini dapat mengganggu sel-sel hingga kerusakan pada organ.
Terlebih lagi dalam kasus ini yang merupakan kebakaran di tempat tertutup sehingga risikonya lebih besar karena gas akan tetap berada dalam satu tempat dan tidak berdilusi.
"Kalau dalam satu ruangan tertutup itu cuma berputar-putar di situ saja sehingga yang terhirup tentu saja konsentrasinya lebih besar dengan yang di udara terbuka," kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, dikutip dari laman resmi UGM pada Senin (29/12).
Dalam peristiwa kebakaran, kata Ika, ketika korban masih tersadar, hal yang bisa dilakukan adalah dipindahkan ke ruang terbuka yang udaranya bersih.
Namun, apabila korban sudah tidak tersadar tetapi masih memiliki denyut jantung, lakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP), yaitu memompa jantung dan memberikan oksigenasi dengan napas buatan.
"Tujuannya memberikan oksigen sebanyak mungkin. Semakin cepat ditolong akan lebih baik. Semakin lambat, semakin sudah tidak bisa. Jadi, sudah terjadi kerusakan organ terutama otak," ujar dia.
Berkaca dari kasus kebakaran yang ada, Ika memperkirakan sebagian orang belum terbiasa untuk mempunyai detektor karbon monoksida yang sebenarnya penting untuk mendeteksi kebocoran, gas, hasil pembakaran, dan lain-lain.
Perlu diperhatikan juga bahwa rumah sudah seharusnya selalu mempunyai ventilasi, memeriksa alat-alat yang menggunakan gas hingga sistem instalasi listrik. Apalagi sistem instalasi listrik itu yang paling sering menyebabkan kebakaran.
"Kalau terjadi kebakaran, segera evakuasi. Kalau bisa cari kain untuk menutup hidung dan mulut. Lebih baik dibasahkan, itu lumayan untuk menyaring karbon monoksida walaupun tidak 100 persen. Kalau tidak ada, tutup dengan tangan," kata dia.
Ika menambahkan bahwa dengan mengenal dan mengetahui tanda serta bahaya dari menghirup karbon monoksida, maka penting untuk membantu dan memindahkan korban ke area udara yang tidak tercemar, serta memberikan pertolongan segera.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Pertolongan Pertama Korban Kebakaran Pakar UGM Ika Trisnawati



























