Senin, 29/12/2025 17:47 WIB

Kemenkes Gencarkan Imunisasi Heksavalen, Apa Itu?





Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggencarkan pemberian imunisasi heksavalen guna memperkuat perlindungan kesehatan anak.

Imunisasi peserta didik (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menggencarkan pemberian imunisasi heksavalen guna memperkuat perlindungan kesehatan anak. Imunisasi ini terbukti melindungi anak dari penyakit menular berbahaya, sekaligus membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) di masyarakat.

Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan Indri Yogyaswari menjelaskan bahwa imunisasi membantu tubuh membentuk antibodi sehingga anak terlindungi dari risiko sakit berat, kecacatan, hingga kematian. Cakupan imunisasi yang tinggi dan merata juga melindungi kelompok rentan yang tidak dapat menerima imunisasi karena kondisi tertentu.

"Imunisasi bukan hanya melindungi anak yang menerima vaksin, tetapi juga masyarakat luas. Kekebalan kelompok hanya dapat terbentuk bila cakupan imunisasi tinggi dan merata," ujar Indri dikutip dari laman resmi Kemenkes pada Senin (29/12).

Imunisasi lengkap dan tepat waktu mencegah Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Anak yang belum atau terlambat diimunisasi lebih rentan tertular penyakit dan berpotensi memicu Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Tidak ada kata terlambat untuk imunisasi. Anak yang terlewat jadwal tetap perlu mendapatkan imunisasi kejar agar kekebalan tubuhnya terbentuk dan risiko penularan penyakit dapat ditekan,” tambahnya.

Vaksin Heksavalen merupakan vaksin kombinasi yang melindungi anak dari enam penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertussis, tetanus, hepatitis B, pneumonia dan meningitis akibat Haemophilus influenzae tipe b, serta polio. Vaksin ini menggantikan pemberian terpisah DPT-HB-Hib dan IPV.

Penggunaan vaksin kombinasi bertujuan mengurangi jumlah suntikan, menghemat waktu dan biaya kunjungan ke fasilitas kesehatan, serta mempercepat pembentukan kekebalan masyarakat.

“Dengan vaksin Heksavalen, suntikan ganda dapat dikurangi. Ini membuat pemberian imunisasi lebih nyaman bagi anak dan orang tua, sekaligus diharapkan dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap imunisasi,” jelas Indri.

Komite Imunisasi Nasional menyetujui peralihan ke vaksin Heksavalen tanpa perubahan jadwal imunisasi rutin, yaitu pada usia 2, 3, dan 4 bulan, serta tetap disertai vaksin polio oral (bOPV).

Ketua Komite Nasional PP KIPI Prof. Dr. Hindra Irawan Satari menegaskan bahwa vaksin Heksavalen telah melalui evaluasi keamanan yang ketat dan terdaftar di Badan POM. Surveilans Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terus dilakukan secara berjenjang.

“Vaksin Heksavalen memiliki profil keamanan yang baik dan telah melalui uji klinis yang panjang. Sistem surveilans KIPI diharapkan berjalan aktif untuk memastikan setiap kejadian pasca imunisasi dapat ditangani secara cepat dan tepat,” ujarnya.

Implementasi awal imunisasi Heksavalen dimulai Oktober 2025 di sembilan provinsi, yakni DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, serta wilayah Papua. Pemerintah menargetkan perluasan secara nasional mulai 2026.

Pemerintah mengajak orang tua, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah untuk bersama memastikan setiap anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal. Imunisasi merupakan investasi jangka panjang bagi masa depan anak-anak Indonesia.

KEYWORD :

Imunisasi Heksavalen Perlindungan Anak Kementerian Kesehatan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :