Senin, 29/12/2025 16:00 WIB

Mega Tsunami 200 Meter Terekam Satelit, Getarannya Mengguncang Bumi 9 Hari





Mega-Tsunami 200 Meter di Greenland Terekam Satelit, Getarannya Mengguncang Bumi Selama Sembilan Hari

Ilustrasi tsunami (Foto: RRI)

Jakarta, Jurnas.com - Wilayah timur Greenland yang biasanya sunyi mendadak menjadi pusat perhatian ilmuwan dunia. Instrumen seismik global merekam getaran aneh yang berlangsung terus-menerus selama sembilan hari tanpa henti.

Getaran itu muncul dengan ritme stabil setiap 92 detik dan terdeteksi dari Alaska hingga Australia. Polanya tidak menyerupai gempa bumi biasa, sehingga memicu penyelidikan internasional.

Jejak awal mengarah ke Dickson Fjord, sebuah teluk sempit yang diapit tebing setinggi hampir 1.000 meter. Citra satelit menunjukkan bekas longsoran besar di salah satu dinding fjord tersebut.

Pada 16 September 2023, lebih dari 25 juta meter kubik batu dan es runtuh ke dalam perairan fjord. Hantaman ini memicu mega-tsunami setinggi sekitar 650 kaki atau hampir 200 meter.

Gelombang raksasa itu melaju di sepanjang fjord sejauh dua mil, memantul di ujung teluk, lalu menghantam kembali. Dampaknya merusak fasilitas penelitian tak berpenghuni di Pulau Ella dengan kerugian ratusan ribu dolar.

Air tidak langsung tenang setelah gelombang pertama. Sebaliknya, permukaan fjord terus bergoyang dari satu sisi ke sisi lain dalam fenomena yang disebut seiche.

Simulasi komputer menunjukkan permukaan air naik dan turun hingga puluhan kaki secara berulang. Gerakan ini menekan dasar laut seperti piston raksasa dan memicu sinyal seismik global yang sangat jarang terjadi.

Rekaman seismik memperlihatkan gelombang halus dan berulang, bukan getaran kasar seperti gempa. Intensitasnya nyaris tidak melemah selama hampir dua pekan.

Lebih dari 70 peneliti dari 41 institusi terlibat untuk memecahkan misteri ini. Mereka menggabungkan data lapangan, pemodelan superkomputer, dan pengamatan satelit.

Tim menemukan bahwa longsoran dipicu oleh melemahnya penyangga es gletser akibat pemanasan iklim. Perubahan suhu membuat lereng batu kehilangan kestabilan alaminya.

Peristiwa ini mengingatkan pada tsunami mematikan di Karrat Fjord pada 2017 yang menewaskan empat orang. Bedanya, Dickson Fjord berada dekat jalur pelayaran wisata Arktik yang semakin ramai.

Peneliti menilai risiko serupa bisa meningkat seiring perubahan iklim dan mencairnya es di wilayah kutub. Sistem peringatan dini kini sedang dikaji dengan menggabungkan data satelit dan seismik secara real-time.

Peran penting datang dari satelit SWOT yang diluncurkan pada 2022. Satelit ini mampu memetakan permukaan air laut dan fjord secara detail, jauh melampaui teknologi sebelumnya.

Data resolusi tinggi tersebut memungkinkan ilmuwan mengamati fenomena ekstrem yang sebelumnya luput terdeteksi. Teknologi ini dinilai krusial untuk memahami tsunami, badai, dan gelombang ekstrem di wilayah terpencil.

Para peneliti kini menelusuri arsip seismik lama untuk mencari kejadian serupa di masa lalu. Temuan ini diyakini akan memperbaiki model prediksi bencana di wilayah lintang tinggi.

Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Science dan Nature Communications. Para ilmuwan menyimpulkan bahwa bahkan sudut paling sunyi di Bumi menyimpan dinamika dahsyat yang baru mulai dipahami manusia. (*)

Sumber: Earth

KEYWORD :

Mega Tsunami Bencana tsunami Rekaman Satelit Prediksi Bencana satelit SWOT




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :