Sabtu, 27/12/2025 07:58 WIB

Musibah Kian Sering Terjadi, Ini Pandangan Al-Qur`an





Dalam beberapa waktu terakhir, berbagai bencana muncul hampir tanpa jeda

Pembersihan material kayu yang menumpuk terbawa banjir Sumatra (Foto: Kemenhut)

Jakarta, Jurnas.com - Dalam beberapa waktu terakhir, berbagai bencana muncul hampir tanpa jeda. Di satu tempat terjadi gempa, di wilayah lain banjir, kebakaran, bahkan persoalan sosial yang memicu kegelisahan.

Para ahli kemudian menjelaskan dari sudut pandang sains: perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan kelalaian manusia. Semua penjelasan tersebut penting dan sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Namun, Al-Qur`an mengajak kita menundukkan hati sejenak, merenungi makna di balik kejadian itu.

Allah mengingatkan:

وَظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah hendak merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rūm: 41)

Ayat ini menegaskan bahwa musibah bukan hanya rangkaian sebab-akibat alamiah. Ada pesan ilahi agar manusia berhenti, mengevaluasi diri, dan memperbaiki sikap.

Di tempat lain, Al-Qur’an juga menegaskan:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (kesalahanmu).”
(QS. Asy-Syūrā: 30)

Ayat ini tidak menafikan faktor teknis—kerusakan lingkungan, kelalaian, atau manajemen yang buruk—tetapi mengingatkan bahwa ada dimensi ruhani: musibah menjadi cermin agar manusia menyadari dosa, kezaliman, dan kelengahan yang sering dianggap sepele.

Rasulullah SAW pun memberikan penghiburan bagi orang beriman. Beliau bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang Muslim tertimpa kelelahan, penyakit, kesedihan, gangguan, maupun kegundahan — bahkan duri yang menusuknya — melainkan Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan sebab itu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa bagi orang beriman, musibah bukan semata hukuman. Ia bisa menjadi sarana pembersih dosa dan jalan untuk kembali dekat kepada Allah.

Karena itu, Al-Qur’an tidak sekadar memerintahkan kita bertahan, tetapi juga memperbarui taubat, doa, dan ketaatan. Allah berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan sungguh Kami akan menguji kamu dengan sedikit rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Musibah yang datang silih berganti sejatinya panggilan agar manusia memperbaiki dua hal sekaligus: ikhtiar memperbaiki bumi dan sistem kehidupan, serta memperbaiki hubungan dengan Sang Pencipta. Sebab, ujian bukan untuk melemahkan, tetapi untuk mengingatkan — agar kita kembali sebelum penyesalan datang terlambat.

KEYWORD :

Info Keislaman musibah menurut Islam sebab musibah ujian taubat




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :