Ilustrasi pembalut digunakan saat masa menstruasi (Foto: reproductive-health-supplies-coalition/unsplash)
Jakarta, Jurnas.com - Mengetahui masa paling subur setelah menstruasi menjadi informasi penting bagi perempuan, baik untuk merencanakan kehamilan maupun menunda kehamilan secara alami. Masa subur berkaitan erat dengan proses ovulasi, yaitu saat ovarium melepaskan sel telur yang siap dibuahi.
Secara umum, siklus menstruasi wanita berlangsung antara 21 hingga 35 hari. Hari pertama haid dihitung sebagai hari pertama siklus. Ovulasi biasanya terjadi di pertengahan siklus, bukan tepat setelah menstruasi selesai.
Pada siklus 28 hari yang dianggap “ideal”, ovulasi umumnya terjadi sekitar hari ke-14. Artinya, masa paling subur berada pada rentang hari ke-10 hingga ke-15, karena sperma dapat bertahan hidup di dalam tubuh wanita selama beberapa hari.
Setelah menstruasi berakhir, tubuh mulai memproduksi hormon estrogen yang berperan dalam pematangan sel telur. Proses ini berlangsung beberapa hari hingga akhirnya terjadi lonjakan hormon LH yang memicu ovulasi.
Namun, tidak semua wanita memiliki siklus yang teratur. Pada siklus yang lebih pendek, ovulasi bisa terjadi lebih cepat, sementara pada siklus panjang, ovulasi bisa terjadi lebih lambat. Inilah sebabnya masa subur setiap wanita bisa berbeda.
Beberapa tanda alami sering muncul saat mendekati masa subur. Di antaranya perubahan lendir serviks menjadi lebih bening dan elastis, mirip putih telur mentah, yang berfungsi membantu pergerakan sperma.
Selain itu, sebagian wanita merasakan nyeri ringan di perut bagian bawah atau peningkatan gairah seksual saat mendekati ovulasi. Meski tidak selalu dirasakan semua orang, tanda-tanda ini dapat menjadi petunjuk alami.
Penggunaan kalender menstruasi dapat membantu memperkirakan masa subur, terutama jika siklus cukup teratur. Metode ini membutuhkan pencatatan rutin selama beberapa bulan.
Saat ini, banyak aplikasi kesehatan yang membantu menghitung masa subur berdasarkan data siklus menstruasi. Meski praktis, hasilnya tetap berupa perkiraan, bukan kepastian mutlak.
Faktor stres, kelelahan, perubahan berat badan, hingga gangguan hormon dapat memengaruhi waktu ovulasi. Karena itu, masa subur bisa bergeser dari bulan ke bulan.
Memahami pola tubuh sendiri menjadi kunci utama. Dengan mengenali siklus menstruasi dan tanda-tanda ovulasi, perempuan dapat lebih bijak dalam merencanakan kesehatan reproduksi.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
masa subur wanita ovulasi setelah haid siklus menstruasi





















