Jum'at, 26/12/2025 01:19 WIB

Sejarah Sinterklas, Ikon Natal yang Mendunia





Sinterklas identik dengan hadiah dan keceriaan, namun di balik citra ceria tersebut tersimpan perjalanan sejarah panjang yang menarik

Ilustrasi Sejarah Sinterklas, Ikon Natal yang Mendunia (Foto: Pexels/Sean P. Twomey)

Jakarta, Jurnas.com - Setiap Desember, sosok pria berjanggut putih dengan jubah merah dan tawa khas “ho-ho-ho” hadir di berbagai ruang publik, mulai dari pusat perbelanjaan, film, iklan, hingga kartu ucapan Natal. Sinterklas identik dengan hadiah dan keceriaan, namun di balik citra ceria tersebut tersimpan perjalanan sejarah panjang yang menarik.

Dihimpun dari berbagai sumber, akar kisah Sinterklas bermula pada abad ke-4 dari Santo Nikolas, seorang uskup di wilayah Lycia, yang kini masuk kawasan Turki. Ia dikenal luas karena kedermawanan dan kepeduliannya terhadap kaum miskin, khususnya anak-anak dan keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi.

Salah satu kisah legendaris menyebutkan Santo Nikolas diam-diam membantu tiga gadis miskin dengan melemparkan kantong emas ke dalam rumah mereka, dalam beberapa versi, melalui jendela atau cerobong asap. Dari cerita inilah muncul citra “pemberi hadiah secara diam-diam” yang melekat hingga kini.

Seiring menyebarnya Kekristenan di Eropa, kisah Santo Nikolas ikut berkembang. Di Belanda, ia dikenal sebagai Sinterklaas, sosok berjubah merah yang datang setiap awal Desember untuk memberi hadiah kepada anak-anak yang berperilaku baik. Tradisi ini kemudian dibawa para imigran Belanda ke Amerika pada abad ke-17, dan nama Sinterklaas perlahan berubah menjadi Santa Claus.

Transformasi besar terjadi pada abad ke-19 melalui puisi terkenal A Visit from St. Nicholas atau The Night Before Christmas. Karya ini memperkenalkan gambaran Santa sebagai pria ceria yang datang dengan kereta luncur, ditarik rusa, masuk melalui cerobong, dan meninggalkan hadiah di kaus kaki anak-anak.

Citra Sinterklas modern semakin menguat pada 1930-an lewat ilustrasi karya Haddon Sundblom, yang menampilkan Santa bertubuh besar, ramah, dan mengenakan pakaian merah. Visual ini kemudian diadopsi secara luas dalam budaya populer dan industri periklanan global.

Meski mengalami berbagai perubahan bentuk dan nama di berbagai negara, esensi Sinterklas tetap sama di antaranya ialah terkait kedermawanan, kepedulian, hingga semangat berbagi. Nilai-nilai inilah yang membuat sosok Sinterklas terus hidup dan relevan lintas generasi. (*)

KEYWORD :

Sejarah Sinterklas Hari Natal 25 Desember Perayaan Natal




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :