Ilustrasi lingkungan alami (Foto Ksdae Menlhk)
Jakarta, Jurnas.com - Selama puluhan tahun, tikus laboratorium hidup dalam dunia yang serba teratur. Makanan datang tepat waktu, ruang gerak sempit, dan hampir tak ada kejutan. Kondisi inilah yang selama ini menjadi dasar penelitian tentang rasa takut dan kecemasan.
Namun studi terbaru dari Cornell University menunjukkan cerita yang berbeda. Ketika tikus laboratorium dilepaskan ke lingkungan yang lebih alami, pola kecemasan mereka berubah secara drastis.
Penelitian ini dimulai di area terbuka tak jauh dari kampus Cornell. Untuk pertama kalinya, tikus-tikus yang terbiasa hidup di kandang merasakan rumput, tanah, angin, dan langit terbuka. Reaksi mereka langsung berubah.
Alih-alih bergerak hati-hati, tikus-tikus itu mulai berlari, melompat, dan menjelajah. Perubahan perilaku ini menandai proses yang disebut peneliti sebagai rewilding, yakni kembalinya perilaku alami setelah lama hidup dalam lingkungan buatan.
Tim peneliti mengikuti beberapa kelompok tikus selama dua tahun. Sebagian tetap tinggal di kandang laboratorium, sementara kelompok lain hidup di area luar ruangan yang luas dan tertutup selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
Tujuannya sederhana namun mendasar, yakni melihat bagaimana lingkungan alami memengaruhi rasa takut dan kecemasan.
Untuk mengukurnya, para peneliti menggunakan elevated plus maze, alat uji standar dengan dua lengan tertutup dan dua lengan terbuka. Biasanya, tikus akan semakin menghindari area terbuka seiring pengulangan uji, tanda meningkatnya rasa takut.
Hasilnya, tikus yang tetap hidup di laboratorium menunjukkan pola kecemasan yang semakin kuat. Sebaliknya, tikus yang hidup di alam terbuka mempertahankan keberanian mereka. Dalam beberapa kasus, respons takut hampir tidak muncul sama sekali.
Yang lebih mengejutkan, tikus yang sudah menunjukkan kecemasan berat di laboratorium mengalami “reset” setelah hanya satu minggu hidup di alam. Tingkat kecemasan mereka kembali ke kondisi awal, seolah rasa takut yang terbentuk sebelumnya menghilang.
Para peneliti menilai kunci perubahan ini adalah rasa kendali atau agency. Di alam terbuka, tikus harus terus mengambil keputusan: memilih tempat berlindung, mencari makanan, menghindari bahaya, dan berinteraksi dengan sesama.
Berbeda dengan kandang laboratorium, lingkungan alami memaksa hewan untuk aktif mengendalikan hidupnya sendiri. Pengalaman ini tampaknya mengubah cara otak menilai risiko.
Lingkungan yang kaya pengalaman juga memberi konteks yang lebih luas. Tikus yang setiap hari menghadapi variasi situasi menjadi lebih mampu menilai apakah sesuatu benar-benar berbahaya atau tidak.
Sebaliknya, pengalaman yang terbatas membuat respons terhadap hal baru menjadi berlebihan, salah satu ciri utama kecemasan.
Temuan ini menantang cara lama penelitian perilaku dilakukan. Selama ini, hewan laboratorium sering dianggap mewakili perilaku manusia, padahal lingkungan hidup mereka sangat terbatas dan tidak alami.
Studi ini tidak mengklaim menjelaskan kecemasan manusia secara langsung. Namun pesannya jelas: pengalaman, pilihan, dan ruang untuk bereksplorasi memiliki peran besar dalam membentuk respons terhadap rasa takut.
Penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan bukan sekadar latar, melainkan faktor aktif yang dapat membentuk atau bahkan meredam kecemasan. (*) Studi lengkapnya dipublikasikan dalam jurnal Current Biology. Sumber: Earth
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Lingkungan Alami Rasa Takut Rasa Cemas Perilaku Alami


























