Senin, 22/12/2025 13:48 WIB

Seni Batu Tertua Ini Jadi Peta Sumber Air 12.000 Tahun Lalu





Penelitian internasional di bawah Saudi Heritage Commission dan proyek Green Arabia mengungkap bahwa seni batu ini tidak sekadar ekspresi budaya

Ilustrasi - Seni Batu Tertua Ini Jadi Peta Air Gurun 12.000 Tahun Lalu (Foto: Earth)

Jakarta, Jurnas.com - Lebih dari 12.000 tahun lalu, ketika gurun Arabia mulai bangkit dari kekeringan ekstrem Zaman Es Terakhir, manusia kembali memasuki wilayah pedalaman dengan mengikuti jejak air musiman. Di tebing-tebing batu gurun utara Arab Saudi, mereka meninggalkan penanda berupa ukiran hewan berukuran hampir nyata yang dipahat langsung ke dinding batu.

Penelitian internasional di bawah Saudi Heritage Commission dan proyek Green Arabia mengungkap bahwa seni batu ini tidak sekadar ekspresi budaya. Ukiran tersebut kemungkinan berfungsi sebagai penanda sumber air dan jalur pergerakan manusia di lanskap gurun yang keras.

“Ukiran berukuran besar ini bukan sekadar seni batu, kemungkinan besar merupakan pernyataan tentang kehadiran, akses, dan identitas budaya,” kata penulis utama Maria Guagnin dari Max Planck Institute of Geoanthropology.

Tim peneliti menemukan lebih dari 60 panel seni batu dengan total 176 figur hewan di tiga lokasi yang sebelumnya belum pernah diteliti, yakni Jebel Arnaan, Jebel Mleiha, dan Jebel Misma di tepian selatan Gurun Nefud. Ukiran ini diperkirakan dibuat antara 12.800 hingga 11.400 tahun lalu, bertepatan dengan kembalinya danau dan genangan air musiman.

Sebagian besar figur menggambarkan unta, ibex, gazel, kuda liar, dan banteng purba, dengan detail anatomi yang sangat realistis. Sekitar 130 di antaranya berukuran hampir sama dengan hewan aslinya, bahkan ada yang mencapai tiga meter panjangnya. Banyak panel ditempatkan di dinding tebing terbuka setinggi puluhan meter, lokasi yang membutuhkan usaha besar dan berisiko untuk dijangkau.

Penempatan ukiran itu bukan kebetulan. Analisis lingkungan menunjukkan panel-panel tersebut berada dekat bekas sumber air dan jalur alami yang kemungkinan dilalui manusia purba. Dengan kata lain, seni batu ini berfungsi sebagai penanda visual di lanskap, membantu orang menemukan air, menavigasi wilayah, sekaligus menegaskan kehadiran kelompok tertentu.

“Seni batu ini menandai sumber air dan jalur pergerakan, kemungkinan menandakan hak wilayah dan memori antar generasi,” kata penulis bersama Ceri Shipton dari Institute of Archaeology, University College London.

Temuan alat batu, pigmen hijau, dan manik-manik kerang juga mengisyaratkan adanya hubungan budaya dengan komunitas Neolitik awal di Levant. Meski demikian, gaya seni batunya sangat khas Arabia dan menunjukkan adaptasi lokal terhadap lingkungan gurun.

Para peneliti menilai seni batu ini muncul pada masa transisi penting, saat manusia mulai kembali menempati pedalaman Arabia setelah ribuan tahun kondisi sangat kering. Ukiran-ukiran tersebut kemungkinan berperan sebagai “ingatan kolektif” lintas generasi, penanda wilayah, sekaligus panduan bertahan hidup di alam yang tak menentu.

Studi ini memperkaya pemahaman tentang bagaimana manusia purba merespons perubahan iklim dengan inovasi sosial dan simbolik. Di gurun yang kejam, seni ternyata bisa menjadi peta, penanda, dan bahasa bersama untuk menemukan sumber kehidupan paling berharga, yakni air. (*)

Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications. Sumber: Earth

KEYWORD :

Seni Batu Peta Air Ukiran Batu Sumber Air Manusia Purba




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :