Senin, 22/12/2025 08:49 WIB

Menag Dorong Guru Buddha Ajarkan Rasa dan Spiritualitas





Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengajak para guru Pendidikan Agama Buddha untuk tidak semata-mata bertumpu pada rasio dalam proses belajar-mengajar.

Menteri Agama Nasaruddin Umar saat memberikan arahan kepada para Guru Pendidikan Agama Buddha dan Guru Pendidikan Keagamaan Buddha (Foto: kemenag)

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengajak para guru Pendidikan Agama Buddha untuk tidak semata-mata bertumpu pada rasio dalam proses belajar-mengajar.

Ia menekankan pentingnya pendekatan berbasis rasa dan spiritualitas agar pendidikan melahirkan insan berkarakter, bukan hanya cerdas secara intelektual.

Pesan tersebut disampaikan Menag saat menghadiri Apresiasi Guru Pendidikan Agama Buddha dan Pendidikan Keagamaan Buddha Tahun 2025 di Auditorium H.M. Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Minggu (21/12).

Menag mengulas makna filosofis kata “guru” dari bahasa Sanskerta, yakni Gu (kegelapan) dan Ru (cahaya). Makna ini, menurutnya, menuntut pendidik hadir sebagai penerang yang membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan.

“Jangan mengajar murid hanya dengan rasio atau akal semata. Jika hanya rasio, murid mungkin menjadi pintar, tetapi kehilangan kepekaan nurani. Mengajarlah dengan rasa, dengan intellect dan spiritual, agar lahir generasi yang berkarakter,” tegas Menag Nasaruddin, Minggu (21/12/2025).

Ia juga menyinggung teladan Siddharta Gautama sebagai guru bagi dewa dan manusia. Karena itu, Menag mendorong para pendidik menghidupkan empat keadaan batin luhur (Brahmavihāra) dalam pembelajaran, yaitu mettā (cinta kasih tanpa syarat), karuṇā (welas asih), mudita (turut berbahagia), dan upekkhā (keseimbangan batin).

Lebih jauh, Menag menekankan peran guru sebagai kalyāṇamitta atau sahabat yang baik, yang membimbing peserta didik menuju kebenaran. Ia berharap nilai-nilai tersebut terintegrasi dengan kurikulum berbasis ekologi yang sejalan dengan doa universal umat Buddha, Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta—“semoga semua makhluk berbahagia”.

“Konsep ini sangat ekologis. Semua makhluk itu mencakup manusia, hewan, tumbuhan, hingga alam semesta. Guru harus menanamkan kesadaran bahwa jika alam rusak, manusia pun akan terdampak. Ini adalah wujud moderasi beragama yang menjaga harmoni dengan alam,” imbuhnya.

Menag turut menyampaikan apresiasi kepada para guru, khususnya yang bertugas di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Ia menegaskan komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru melalui berbagai bentuk dukungan, termasuk penyediaan fasilitas penunjang seperti laptop dan perangkat digital.

“Jangan berkecil hati jika penghargaan di bumi terasa kurang. Yakinlah, nama Bapak dan Ibu tercatat indah di langit sebagai pejuang kemanusiaan,” pungkas Menag.

Melalui seruan tersebut, Menag menegaskan peran strategis pendidikan agama dalam memperkuat moderasi beragama, menumbuhkan harmoni antarmanusia sekaligus tanggung jawab ekologis bagi generasi muda.

KEYWORD :

Menteri Agama Nasaruddin Umar guru Pendidikan Agama Buddha proses belajar mengajar




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :