Sabtu, 20/12/2025 23:58 WIB

Hadirkan Tawa di Tengah Duka dari Posko Trauma Healing PTPN Group





Pemulihan mental anak-anak pascabanjir membutuhkan pendekatan yang beragam dan tidak monoton.

Kegiatan trauma helaing di Posko PTPN Group di Terminal Pidie Jaya di Aceh Tamiang. Foto: dok. jurnas

ACEH, Jurnas.com - Sejak banjir bandang menerjang, Terminal Pidie Jaya di Aceh Tamiang tak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Sejak Rabu, 17 Desember 2025, kawasan yang biasanya menjadi simpul mobilitas itu berubah menjadi pusat aktivitas kemanusiaan. Tim Relawan BUMN Peduli, yang dikoordinir oleh Danantara Indonesia, dari PT Perkebunan Nusantara Group (PTPN Group) mendirikan sejumlah tenda di beberapa sisi terminal yang melayani: Dapur Umum, Kesehatan, Pendidikan dan Trauma Healing.

Puluhan relawan yang merupakan karyawan dari berbagai entitas PTPN Group tampak sibuk menjalankan tugas pelayanan kemanusiaan bersama jaringan relawan BUMN Peduli di bawah koordinasi Danantara. Di antara tenda-tenda tersebut, Posko Trauma Healing menjadi yang paling mencuri perhatian. Dari sanalah suara tawa, teriakan semangat, dan interaksi hangat anak-anak terdengar paling ramai.

Setibanya di lokasi bencana, relawan yang bertugas di posko pemulihan kondisi psikologis langsung berkeliling menyapa anak-anak dan remaja dengan penuh empati. Mereka mendatangi lokasi-lokasi terdampak banjir, mengajak berbincang, mengobrol ringan, dan merangkul secara psikologis. Perlahan, anak-anak diajak berkumpul di posko sederhana yang telah disiapkan di area terminal.

Interaksi pun berlangsung cair. Anak-anak mulai merespons sapaan para relawan. Dengan pendekatan interaktif, mereka diajak meneriakkan berbagai slogan dan yelyel penuh semangat. Dari salam sederhana seperti “Assalamualaikum! Selamat pagi! Semangat pagi! Luar biasa!”, anak-anak diminta mengeluarkan suara dengan energi terbaik mereka.

“Kami harus menyamakan frekuensi dari semua anak-anak yang hadir ini supaya terlepas dari ketegangan. Suara yang keras meneriakkan kata-kata atau kalimatkalimat optimistis akan menggugah kesadaran kita kepada suatu keadaan yang ingin kita capai,” kata Muhmmad Arraffi Megabella, didampingi Hendrik Sastrawan, relawan PTPN Group di Posko Trauma Healing yang dikoordinasikan Danantara melalui keterangannya, Sabtu (20/12/2025).

Suasana ceria tersebut menjadi pintu awal untuk melepaskan ingatan traumatis akibat bencana, meski prosesnya tentu tidak instan. Rafi, sapaan akrab Muhammad Arrafi Megabella, menjelaskan bahwa setiap relawan melakukan penyisiran ke lokasi-lokasi bencana untuk mengidentifikasi kondisi psikologis anak, lalu melakukan pendekatan personal agar mereka bersedia bergabung di posko.

“Tidak mudah mengkondisikan mereka yang trauma. Menyanyi bersama dengan suara keras dan gestur tubuh gembira itu butuh waktu. Ada yang masih murung, ada yang lesu, ada yang mengantuk, ada yang jaim (jaga imej), ada juga yang masih malumalu. Itu kami arahkan dengan sangat hati-hati,” ujar Rafi.

Menurutnya, pemulihan mental anak-anak pascabanjir membutuhkan pendekatan yang beragam dan tidak monoton. Anak-anak perlu ruang ekspresi yang kreatif untuk mengisi kekosongan waktu sekaligus memulihkan semangat mereka. “Kami memberikan berbagai permainan, di antaranya menggambar, permainan tradisional, dan bercerita tentang kisah yang membangkitkan semangat anak,” kata Rafi.

Setelah menggambar, anak-anak diminta menceritakan makna dari gambar yang mereka buat. Para relawan juga mengarahkan agar anak-anak menggambar hal-hal baik yang mereka rindukan di masa depan: rumah yang nyaman, pemandangan alam dengan gunung dan matahari, tanaman yang subur dan berbuah, hingga cita-cita di masa dewasa.

“Bukan melarang, tetapi kami mengarahkan apa yang mereka gambar, yang mereka ceritakan, dan yang mereka pikirkan adalah masa depan. Kami ingin mereka berangsur melupakan rasa dari kejadian yang menimpa sebelumnya,” tambah Rafi, didampingi relawan dari berbagai entitas di bawah PTPN Group.

Di Posko Trauma Healing ini, anak-anak juga mendapatkan makanan, minuman ringan, serta aneka alat bermain seperti boneka dan alat peraga cerita. Di sela canda dan interaksi dengan teman sebaya, mereka mulai menikmati suasana, merasa ditemani, dan kembali memiliki harapan.

Amar, siswa kelas 2 MIN Pidie Jaya yang tinggal di sekitar terminal, mengaku senang bisa bermain bersama teman-temannya di Posko Trauma Healing BUMN Peduli.

“Senang bisa bermain bersama teman-teman. Dapat makanan dan dapat hadiah juga. Terima kasih kakak-kakak,” kata Amar. Ucapan sederhana itu membuat mata para relawan berkaca-kaca.

Hal serupa disampaikan Aina (25), seorang ibu muda yang mengantar anaknya mengikuti kegiatan trauma healing. Ia mengaku sangat terkesan dengan kehadiran para relawan. Sebagai korban terdampak, ia merasakan sendiri beratnya beban psikologis pascabencana.

“Kami sampaikan terima kasih. Jangankan anak-anak, kami yang orang dewasa saja susah melupakan musibah yang menimpa kami. Terima kasih juga sudah memberi makanan, mengobati kami yang sakit, dan mengajak bermain anak-anak. Setelah banjir ini, nggak ada tempat anak-anak bermain,” ujarnya.

Melalui Posko Trauma Healing BUMN Peduli, PTPN Group berupaya menghadirkan lebih dari sekadar bantuan fisik. Di tengah lumpur, air surut, dan duka yang masih membekas, relawan PTPN Group berusaha menyalakan kembali keceriaan dan harapan. Pelan, sabar, dan penuh empati, agar masa depan anak-anak terdampak bencana tetap memiliki ruang untuk tumbuh.

KEYWORD :

PTPN Group Trauma Healing Muhammad Arrafi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :