Fenomena banjir rob (Foto: Antaranews)
Jakarta, Jurnas.com - Banjir rob dalam beberapa tahun terakhir menghantui kawasan pesisir di Indonesia. Fenomena alam ini berdampak signifikan bagi aktivitas masyarakat sehingga dikategorikan sebagai bencana yang perlu diwaspadai.
Akademisi Universitas Airlangga (Unair) Dr. Eng. Sapto Andriyono mengatakan banjir rob dipicu oleh penurunan tanah (land subsidence) yang membuat daratan lebih rendah dari lautan. Namun, solusinya bukanlah pembangunan tanggul laut.
Menurut Sapto, keberadaan struktur beton dapat mengganggu arus laut, menyebabkan perubahan gelombang, hingga menimbulkan erosi atau sedimentasi di wilayah lain.
Selain pasang dan hujan, pengerasan lahan melalui pembangunan masif juga memperparah penurunan tanah. Sejumlah penelitian memperkirakan beberapa kawasan pesisir utara Jawa dapat hilang dalam beberapa dekade mendatang jika laju penurunan tanah tidak dikendalikan.
Banyak kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan, termasuk mangrove beralih fungsi menjadi pemukiman, pergudangan, hingga kawasan industri.
"Daerah resapan itu sebenarnya sangat diperlukan. Namun kini banyak mangrove yang berubah menjadi kawasan perumahan dan industri. Ketika kawasan resapan hilang, tekanan air ke daratan semakin tinggi," kata Sapto dikutip dari laman resmi Unair pada Kamis (18/12).
Sapto menyebut hutan mangrove merupakan benteng alami terbaik untuk meredam banjir rob. Mangrove memiliki toleransi tinggi terhadap salinitas sehingga mampu menjadi barrier alami sebelum air mencapai permukiman.
"Mangrove itu ideal, hanya mangrove yang mampu bertahan pada kondisi asin seperti itu. Harapannya di Surabaya, green belt mangrove bisa diperkuat dan dipertebal," dia menambahkan.
Masifnya pembangunan juga mendorong intrusi air laut semakin jauh ke daratan. Hal ini menggeser akuifer air tawar dan membuat masyarakat pesisir semakin sulit mendapatkan sumber air tawar langsung dari tanah.
"Semakin banyak bangunan, intrusi laut meningkat dan air tawar terdorong menjauh. Nanti, membuat sumur air tawar pun jadi sulit," kata Sapto.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Tanggul Laut Akademisi Unair Penurunan Tanah Sapto Andriyono

























