Kamis, 18/12/2025 18:41 WIB

Ide Konten Foto dan Video Ayah saat Mengambil Rapor Anak





Adegan sederhana seperti ayah duduk di bangku sekolah sambil tersenyum atau berbincang dengan wali kelas mencerminkan keterlibatan aktif dalam pendidikan anak

Ilustrasi kamera untuk membuat konten video (Foto: ShareGrid/Unsplash)

Jakarta, Jurnas.com - Pemerintah melalui surat edaran Gerakan Ayah Mengambil Rapor ke Sekolah mendorong keterlibatan ayah dalam momen penting pendidikan anak selama Desember ini.

Selain sebagai simbol kehadiran figur ayah, gerakan ini juga membuka ruang kreativitas bagi para orang tua, untuk mengabadikan pengalaman mengambil rapor melalui foto atau video.

Dokumentasi sederhana tersebut bukan sekadar arsip keluarga, tetapi juga dapat menjadi narasi visual tentang kedekatan emosional antara ayah dan anak.

Ide paling dasar yang bisa diangkat ialah momen berjalan bersama dari rumah menuju sekolah. Foto atau video yang merekam percakapan ringan di perjalanan, ekspresi anak yang antusias, atau gestur ayah yang menggenggam tangan anak mampu menyampaikan pesan kuat tentang kebersamaan. Visual semacam ini menekankan bahwa proses pendidikan dimulai jauh sebelum rapor diterima di ruang kelas.

Sesampainya di sekolah, ayah dapat mengabadikan suasana menunggu di depan kelas. Adegan sederhana seperti ayah duduk di bangku sekolah sambil tersenyum atau berbincang dengan wali kelas mencerminkan keterlibatan aktif dalam dunia akademik anak. Momen ini juga menunjukkan bahwa sekolah bukan hanya urusan ibu, melainkan ruang kolaborasi kedua orang tua.

Saat rapor diterima, ekspresi spontan menjadi inti cerita visual. Ayah yang membaca rapor bersama anak, menunjuk catatan guru, atau mengangguk penuh perhatian dapat direkam dalam foto candid maupun video singkat. Fokus pada ekspresi wajah akan membuat dokumentasi terasa jujur dan emosional, tanpa perlu pengaturan yang berlebihan.

Setelah itu, ide konten bisa dikembangkan dengan merekam percakapan reflektif antara ayah dan anak. Video singkat berisi pertanyaan sederhana seperti “Bagian mana yang paling kamu banggakan?” atau “Apa yang ingin kamu perbaiki semester depan?” akan memperlihatkan peran ayah sebagai pendengar dan pendamping, bukan sekadar penilai hasil belajar.

Bagi yang ingin sentuhan kreatif, ayah dan anak bisa membuat foto bertema sebelum dan sesudah mengambil rapor. Perbandingan ekspresi tegang sebelum masuk kelas dan lega atau gembira setelah keluar dapat dikemas dalam satu rangkaian visual. Konsep ini sederhana namun efektif menggambarkan dinamika emosi anak dalam proses evaluasi belajar.

Ide lain yang relevan ialah menutup dokumentasi dengan aktivitas kecil bersama, seperti makan siang sederhana atau berjalan pulang sambil berdiskusi. Foto atau video penutup ini memberi pesan bahwa rapor bukan akhir dari cerita, melainkan awal percakapan lanjutan tentang rencana dan harapan ke depan.

Dari sisi teknis, kualitas visual tidak harus profesional. Pencahayaan alami, sudut pengambilan yang stabil, dan durasi video yang singkat sudah cukup untuk menghasilkan konten yang komunikatif. Yang terpenting adalah keaslian momen dan interaksi yang terekam, bukan efek visual atau penyuntingan berlebihan.

Konten foto atau video tersebut juga dapat diberi keterangan singkat yang reflektif, misalnya tentang pelajaran yang dipetik ayah sebagai orang tua. Narasi ini memperkuat pesan kampanye bahwa kehadiran ayah berdampak langsung pada kepercayaan diri dan motivasi belajar anak.

KEYWORD :

ayah mengambil rapor anak gerakan ayah mengambil rapor peran ayah dalam pendidikan anak ayah terl




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :