Ilustrasi - orgasme dalam hubungan intim (Foto: Deon Black/Unsplash)
Jakarta, Jurnas.com - Azoospermia menjadi salah satu penyebab utama kemandulan pada pria yang kerap tidak disadari. Kondisi ini ditandai dengan tidak ditemukannya sperma dalam cairan ejakulasi, sehingga peluang terjadinya kehamilan secara alami menjadi sangat kecil.
Meski terdengar mengkhawatirkan, azoospermia dapat dikenali dan ditangani dengan pendekatan medis yang tepat. Azoospermia merupakan gangguan pada sistem reproduksi pria yang menyebabkan sperma tidak muncul sama sekali dalam air mani.
Secara medis, kondisi ini dibagi menjadi dua jenis utama. Pertama adalah azoospermia obstruktif, yaitu kondisi ketika produksi sperma sebenarnya normal, tetapi terjadi penyumbatan pada saluran sperma sehingga sperma tidak dapat keluar. Kedua adalah azoospermia non-obstruktif, yaitu gangguan pada proses pembentukan sperma di testis akibat masalah hormonal, genetik, atau kerusakan jaringan.
Penyebab azoospermia sangat beragam. Faktor hormonal seperti rendahnya hormon testosteron atau gangguan hormon pengatur spermatogenesis dapat menghambat produksi sperma.
Selain itu, kelainan genetik, infeksi pada organ reproduksi, riwayat operasi di area panggul, hingga paparan zat berbahaya seperti radiasi, alkohol berlebihan, dan rokok juga dapat meningkatkan risiko azoospermia.
Azoospermia sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas. Sebagian besar pria dengan kondisi ini tetap memiliki fungsi seksual normal, termasuk ereksi dan ejakulasi. Karena itu, banyak kasus baru terdeteksi setelah pasangan mengalami kesulitan memperoleh keturunan dan menjalani pemeriksaan kesuburan.
Diagnosis azoospermia dilakukan melalui analisis sperma atau spermiogram yang dilakukan lebih dari satu kali untuk memastikan hasil. Jika sperma benar-benar tidak ditemukan, dokter biasanya akan melanjutkan pemeriksaan lanjutan seperti tes hormon, ultrasonografi, hingga pemeriksaan genetik untuk mengetahui penyebab pasti.
Meski menjadi penyebab kemandulan pria, azoospermia tidak selalu berarti harapan memiliki anak tertutup sepenuhnya. Pada kasus azoospermia obstruktif, tindakan medis seperti pembedahan untuk membuka sumbatan atau pengambilan sperma langsung dari testis dapat dilakukan.
Sementara pada azoospermia non-obstruktif, terapi hormon atau teknik reproduksi berbantu seperti bayi tabung masih dapat menjadi pilihan, tergantung kondisi pasien.
Penting bagi pria untuk menjaga kesehatan reproduksi sejak dini. Menjalani gaya hidup sehat, menghindari rokok dan alkohol, menjaga berat badan ideal, serta memeriksakan diri secara rutin dapat membantu menurunkan risiko gangguan kesuburan. Jika pasangan mengalami kesulitan mendapatkan keturunan, pemeriksaan kesuburan sebaiknya dilakukan oleh kedua belah pihak.
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Mengenal azoospermia masalah kemandulan reproduksi pria cairan ejakulasi


























