Ilustrasi - Kumpulan serangga (Foto: Earth)
Jakarta, Jurnas.com - Langit Amerika Serikat ternyata dipenuhi kehidupan yang nyaris tak terlihat mata. Analisis data radar cuaca menunjukkan bahwa pada hari musim panas biasa, sekitar 100 triliun serangga terbang di atas wilayah daratan AS.
Estimasi ini berasal dari pemanfaatan data radar milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yang selama ini digunakan untuk memantau hujan dan badai. Namun, pantulan radar tersebut juga merekam pergerakan masif serangga di udara.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Elske Karolien Tielens dari Swiss Federal Institute for Forest, Snow and Landscape Research (WSL). Alih-alih menangkap serangga dengan jaring, tim peneliti menghitung gema radar dan mengubahnya menjadi peta kepadatan serangga harian.
Radar cuaca generasi terbaru, atau NEXRAD, terdiri dari sekitar 160 stasiun yang memindai atmosfer secara rutin. Teknologi dual-polarization memungkinkan peneliti membedakan serangga dari hujan, burung, dan gangguan lain berdasarkan bentuk serta tekstur pantulan sinyal.
Untuk menghindari penghitungan ganda, peneliti hanya menggunakan satu pemindaian radar per hari di sekitar tengah hari. Data hujan lebat dan sinyal ambigu sengaja dihapus, sehingga hasil yang diperoleh bersifat konservatif namun lebih andal.
Dari analisis tersebut, kepadatan rata-rata serangga terbang tercatat sekitar 4,3 serangga per meter persegi dalam kolom udara setinggi dua mil. Pada pemodelan tanggal 25 Agustus 2021, konsentrasi tertinggi terlihat di wilayah Pantai Teluk dan dataran selatan AS.
Jika digabungkan, serangga-serangga ini membentuk biomassa hidup bernilai jutaan ton yang bergerak setiap hari dan menjadi bagian penting dari rantai makanan. Pergerakan udara ini menghubungkan ekosistem yang berjauhan hanya dalam hitungan jam.
Peneliti kemudian menyusun data deret waktu dari 2012 hingga 2021 untuk melihat tren jangka panjang. Secara nasional, kepadatan serangga terbang di siang hari tidak menunjukkan penurunan bersih selama satu dekade tersebut.
Namun, gambaran nasional itu menyembunyikan variasi lokal yang tajam. Sekitar 52 persen lokasi radar mencatat peningkatan jumlah serangga, sementara 48 persen lainnya justru mengalami penurunan.
Perbedaan ini sering muncul bahkan di antara wilayah yang berdekatan, menunjukkan bahwa kondisi lanskap dan penggunaan lahan dapat menghasilkan dampak yang sangat berbeda. Pola tambal-sulam ini membuat krisis lokal sulit terdeteksi jika hanya melihat angka rata-rata nasional.
Hubungan terkuat ditemukan pada musim dingin, ketika penurunan serangga paling besar terjadi di wilayah dengan suhu musim dingin yang semakin hangat. Di lintang tinggi, musim dingin yang menghangat berkorelasi dengan penurunan serangga yang lebih tajam.
Banyak serangga melewati musim dingin dalam kondisi dorman, sehingga suhu yang lebih hangat dapat mengganggu siklus tersebut dan menguras cadangan energi. Akibatnya, lebih sedikit serangga yang mampu terbang pada musim berikutnya.
Faktor perkotaan juga berperan penting. Daerah yang lebih berkembang menunjukkan penurunan serangga lebih besar, bahkan setelah tren suhu musim dingin diperhitungkan.
Fenomena urban heat island membuat kota tetap hangat saat musim dingin, yang dapat meningkatkan metabolisme serangga sebelum waktunya. Kondisi ini berisiko mengurangi peluang mereka bertahan hingga musim semi.
Radar memang tidak mampu mengidentifikasi spesies, sehingga jumlah yang stabil bisa saja menutupi hilangnya serangga sensitif dan meningkatnya spesies yang lebih tahan. Karena itu, peneliti menekankan pentingnya mengombinasikan data radar dengan jebakan lapangan dan laporan sains warga.
Keberadaan serangga terbang memiliki dampak langsung bagi manusia. Mereka berperan dalam penyerbukan, pengendalian hama, serta menjadi sumber makanan utama bagi burung, kelelawar, dan ikan.
Perubahan besar dalam jumlah serangga dapat memengaruhi hasil panen, kesehatan hutan, hingga dinamika penyebaran penyakit. Data radar menyoroti fase terbang yang krusial, ketika serangga menghubungkan ekosistem lintas wilayah dalam satu hari.
Karena banyak negara memiliki jaringan radar serupa, metode ini berpotensi digunakan secara global, terutama di wilayah yang minim pemantauan lapangan. Peneliti melihat radar sebagai alat penting untuk membangun catatan jangka panjang tentang kehidupan serangga di udara. (*)
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Global Change Biology. Sumber: Earth
Google News: http://bit.ly/4omUVRy
Terbaru: https://jurnas.com/redir.php?p=latest
Langganan : https://www.facebook.com/jurnasnews/subscribe/
Youtube: https://www.youtube.com/@jurnastv1825?sub_confirmation=1
Radar Cuaca Kumpulan Serangga Amerika Serikat Serangga AS

























