Rabu, 17/12/2025 17:27 WIB

Perdebatan Agama vs Sekularisme: Mana yang Lebih Kuat?





Dinamika masyarakat modern memunculkan perdebatan antara agama dan sekularisme.

Ilustrasi perdebatan agama vs sekularisme (Foto: BRIN)

Jakarta, Jurnas.com - Dinamika masyarakat modern memunculkan perdebatan antara agama dan sekularisme. Namun, menurut Chairman Center for the Study of Religion and Christian-Muslim Relations, Sumanto Al Qurtuby, kedua hal ini tidak berada dalam relasi yang tunggal, sesederhana pemisahan agama dalam sekularisme.

Dalam kegiatan Public Lecture yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada Senin (15/12), Sumanto menyampaikan wacana kritik terhadap teori sekularisasi klasik, yang memprediksi menurunnya peran agama seiring modernisasi.

Diskusi yang berlangsung di Gedung Widya Graha, Jakarta ini juga mencatat bahwa kebangkitan agama berjalan beriringan dengan pertumbuhan kelompok nonreligius.

Data Pew Research Center (2012) menunjukkan sekitar 16 persen penduduk dunia tidak berafiliasi dengan agama tertentu, menandakan bahwa perdebatan mengenai sekularisasi masih terus berlangsung.

"Dalam konteks Indonesia, agama sejak lama hadir di ruang publik dan menjadi arena kontestasi sosial," kata Sumanto dikutip dari laman resmi BRIN pada Rabu (17/12).

"Sehingga agama dan sekularisme tidak berada dalam relasi yang tunggal, melainkan terus bernegosiasi dalam dinamika masyarakat modern," dia menambahkan.

Sumanto juga mengulas perkembangan pemikiran sejumlah tokoh seperti Thomas Luckmann, Peter Berger, dan Talcott Parsons, serta kritik Jose Casanova melalui konsep agama publik yang menegaskan peran aktif agama di ruang negara, politik, dan masyarakat sipil.

Menurut Sumanto, temuan Robert W. Hefner mengenai kebangkitan agama di Asia Tenggara juga turut memperkuat pandangan tersebut.

KEYWORD :

Agama vs Sekularisme Public Lecture BRIN Agama Era Modern




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :